Soloraya
Kamis, 23 Februari 2017 - 08:00 WIB

KULINER KLATEN : Santapan Ini Bikin Serasa Jadi Raja Jawa

Redaksi Solopos.com  /  Rini Yustiningsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Hidangan ala raja-raja Jawa kuno disajikan saat digelar festival kuliner di Candi Sojiwan, Desa Kebondalem Kidul, Prambanan, Selasa (21/2/2017). (Taufik Sidik Prakoso/JIBI/Solopos)

Kuliner Klaten, masakan raja-raja Jawa kuno dihadirkan dalam sebuah festival kuliner.

Solopos.com, SOLO — Aneka masakan raja-raja Jawa tempo dulu disajikan dalam Festival Kuliner Candi Sojiwan, Klaten. Gubuk-gubuk berjajar di halaman kompleks Candi Sojiwan, Desa Kebondalem Kidul, Kecamatan Prambanan, Selasa (21/2/2017).

Advertisement

Pengunjung menikmati hidangan ala Raja Jawa Kuno di pelataran Candi Sojiwan, Desa Kebondalem Kidul, Prambanan, Selasa (21/2/2017). (Taufiq Sidik/JIBI/Solopos)

Hilir mudik pengunjung terlibat asyik mengambil makanan setelah menukarkan kupon ke petugas yang berjaga di setiap gubuk. Fifi Nur Anggraini, 21, menjadi salah satu pengunjung yang menikmati hidangan siang itu. Piring rotan beralas daun pisang yang ia bawa sudah penuh dengan makanan, nasi jagung, satai daging dililtkan pada batang serai, belut, pecel dengan wijen hitam, kudapan berupa jagung rebus, serta segelas sari tebu.

Advertisement

Hilir mudik pengunjung terlibat asyik mengambil makanan setelah menukarkan kupon ke petugas yang berjaga di setiap gubuk. Fifi Nur Anggraini, 21, menjadi salah satu pengunjung yang menikmati hidangan siang itu. Piring rotan beralas daun pisang yang ia bawa sudah penuh dengan makanan, nasi jagung, satai daging dililtkan pada batang serai, belut, pecel dengan wijen hitam, kudapan berupa jagung rebus, serta segelas sari tebu.

Berlatar belakang Candi Sojiwan, Fifi menikmati hidangan itu menggunakan sendok dan garpu berbahan kayu. “Baru kali ini menikmati hidangan ini. Sepertinya daging yang disajikan merupakan daging kerbau. Ternyata rasanya seperti ini menjadi raja,” kata pegawai restoran asal Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Pengunjung lainnya, Sahar, 22, juga baru kali pertama mencicipi makanan raja Jawa kuno. “Ternyata enak, daging kerbau yang disajikan ternyata mirip daging sapi. Belut masak kemanginya juga enak. Kemudian kudapan dari biji jali-jali. Rasanya pulen dan gurih karena diberi areh,” urai dia.

Advertisement

Salah satu warga setempat, Dwi Agustin, mengatakan sebelumnya sejumlah warga di sekitar Candi Sojiwan mengikuti pelatihan yang difasilitasi BPCB Jateng.

“Kami yang dilatih dari PKK se-Kebondalem Kidul. Pelatihan selama tiga hari. Kami diajari bagaimana menyajikan hidangan-hidangan ini. masaknya pakai anglo dengan api berasal dari arang serta semua bumbu kami cacah,” kata dia.

Pembelajaran Warga

Advertisement

Dari hasil pembelajaran, warga menyajikan dalam festival itu guna mendapatkan penilaian. Warga berencana menyajikan makanan raja kuno menjadi hidangan khas yang ditawarkan ke pengunjung candi.

“Keinginan kami seperti itu ketika ada pengunjung bisa disajikan hidangan ini yang menjadi ciri khas wilayah kami,” ungkapnya.

Pengkaji BPCB Jateng, Riris Purbasari, mengatakan kegiatan itu digelar sebagai bentuk aktualisasi nilai cagar budaya dalam rangka pemberdayaan masyarakat di wilayah Prambanan. Makanan raja menjadi hidangan yang dipilih lantaran raja merupakan status sosial tertinggi di dalam masyarakat Jawa Kuno.

Advertisement

Salah satu hak istimewa yakni dalam hal makanan yang khusus untuk raja yang orang lain tidak boleh menyantapnya. “Salah satu tujuan kegiatan ini untuk memberikan bekal ke masyarakat ikut meramaikan sebuah wisata yang lengkap di candi. Tahun kemarin sudah melatih untuk batik. Nah, ini kami lengkapi dengan kuliner supaya pengunjung ke sini merasakan nuansa yang komplet dan mereka seolah-olah tengah menikmati makanan saat masa klasik Mataram Kuno sezaman dengan candinya,” kata dia.

Ada tiga makanan dan minuman kesukaan raja yang dihidangkan dalam festival kuliner. Makanan itu yakni sate lilit daging kerbau atau disebut hadangan harang, daging kerbau masak manis atau hadangan madhura, serta belut masak kemangi atau dundu puyengan.

Sementara, minuan berupa sari tebu atau nalaka rasa, sari melati atau jati wangi, serta sari asam atau kinca. Pemilihan jenis makanan berdasarkan prasasti dan interpretasi dari relief Candi Prambanan dan Candi Borobudur.

Riris mencontohkan kata hadangan yang berarti kerbau beberapa kali disebut dalam prasasti sebagai salah satu bahan untuk makanan raja. Namun, dalam prasasti dan relief tersebut tidak disebutkan secara rinci proses memasak serta bumbu untuk makanan raja.

Dalam prasasti dan relief hanya disebutkan bahan makanan tertentu yang diolah diantaranya dengan direbus dan dipanggang. “Maka, kami berkreasi. Misal, dimasak dengan apa apakah digarang dengan arang, direbus, atau lainnya sehingga, bumbu yang dipakai menyesuaikan dengan cara memasaknya,” katanya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif