Jogja
Rabu, 22 Februari 2017 - 18:55 WIB

KISAH INSPIRATIF : Cinta pada Seni Tari, Vita Jadi Pelopor Jatilan Putri

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Luvita Pradana Puspitasari, pelopor sanggar jatilan putri, Krincing Manis di Jaban, Tridadi, Sleman. (Foto istimewa)

Kisah inspiratif datang dari seniman jatilan di Sleman

 
Harianjogja.com, SLEMAN- Selama ini, kesenian jatilan identik dengan laki-laki, sangar dan menakutkan. Namun ditangan Luvita Pradana Puspitasari, semuanya menjadi berbeda.

Advertisement

Vita, sapaan akrabnya. Dara kelahiran Sleman itu sejak kecil sudah akrab dengan dunia tari. Namun ketertarikannya terjun dan menggeluti kesenian rakyat dilakukan sejak 2012 silam. Tak tanggung, jatilan menjadi pilihannya dalam mengarungi dunia tari.

Padahal, jathilan akrab dengan dunia laki-laki dengan perawakan dan kostum yang ‘menakutkan’. Kondisi tersebut rupanya tidak menciutkan gadis berparas cantik itu. Bersama teman-temannya, Vita menginisiasi berdirinya sanggar jatilan putri, Krincing Manis di Jaban, Tridadi, Sleman.

Kelompok jatilan putri ini didirikan sejak 16 September 2012 silam dan yang pertama dibentuk dengan seluruh anggotanya perempuan. Di kelompok ini, Vita berperan tidak hanya pelaku seni (penari) tetapi juga penata tari, pemrakarsa, sekaligus koreografinya.

Advertisement

“Tidak ada darah seniman di keluarga. Hanya sejak kecil saya akrab dengan dunia tari,” kata alumni SMAN 1 Sleman, beberapa waktu lalu saat ditemui Harianjogja.com.

Terjun ke dunia seni jatilan di usianya yang belia, bukan tanpa tantangan. Putri tunggal pasangan Hartoyo dan Sri Mulyati itu seringkali dipandang sebelah mata, tidak hanya oleh teman-teman sejawatnya, tetangga. Bahkan awalnya, kedua orangtuanya juga tidak menyetujui Vita berkiprah di dunia seni tari.

Bukan apa-apa. Dunia tari apalagi seni jathilan dinilai tidak prospek. Apalagi menjadi sandaran hidup. Padahal, Vita memiliki banyak modal untuk berkiprah di bidang lainnya. Namun cibiran, pandangan sinis dan sebelah mata dari orang-orang di sekitarnya, dijadikan cambuk oleh alumnus 2015 ISI Jogja itu.

Advertisement

“Orang yang memandang sebelah mata terhadap dunia seni (jathilan) sebenarnya dia tidak tahu saja. Kalau ikut mendalami (seni tradisional) pasti ketertarikannya akan tinggi juga,” begitu kata mahasiswa S2 Sekolah Pasca Sarjana UGM Konsentrasi Seni Pertunjukan dan Tari itu.

Ucapan Vita bukan tanpa bukti. Sederet prestasi selama menggeluti dunia tari cukup membuktikan jiwa seni tradisional bisa memberinya jalan untuk berprestasi. Selain sejumlah festival kesenian di DIY, Jawa Tengah dan DKI Jakarta yang dia raih, job pementasan jatilan Rampak Buto Krincing Manis yang menjadi benderanya, sudah tidak terhitung lagi jumlahnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif