News
Senin, 20 Februari 2017 - 08:00 WIB

KISAH UNIK : Inilah Warga Klaten yang Sulap Selokan Jadi Rumah Koi, Hasil Jualan Ikan Capai Rp25 Juta

Redaksi Solopos.com  /  Rini Yustiningsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Joko Sucipto, warga Pluneng, Klaten, pembuat selokan air menjadi rumah koi dan aneka ikan lainnya. (Ponco Suseno/JIBI/Solopos)

Kisah unik selokan jernih di Klaten yang menjadi tempat memelihara ikan nila hingga koi menjadi viral di media sosial.

Solopos.com, KLATEN — Selokan air di Pluneng, Kebonarum, Klaten menjadi viral karena kejernihan airnya dan ikan-ikan berukuran besar yang menjadi penghuni.  Aneka jenis ikan dari nila, gurami, patin hingga koi menjadi penghuni selokan itu.

Advertisement

Selokan itu tak lain merupakan kali yang alirannya airnya berasal dari Umbul Pluneng. Air di Umbul Pluneng masih jernih. Kali selebar satu meter yang melintasi depan rumah warga itu juga merupakan saluran irigasi yang menghubungkan ke areal persawahan.

Adalah Joko Sucipto, 76, seorang pensiunan pegawai salah satu bank swasta di Klaten itu tak menyangka keisengannya memanfaatkan kejernihan saluran air depan rumahnya justru membuat daerahnya semakin gayeng dan dikenal warga di Klaten dan sekitarnya. (Baca: Tak Perlu ke Jepang, Selokan Jernih Ada di Klaten)

Advertisement

Adalah Joko Sucipto, 76, seorang pensiunan pegawai salah satu bank swasta di Klaten itu tak menyangka keisengannya memanfaatkan kejernihan saluran air depan rumahnya justru membuat daerahnya semakin gayeng dan dikenal warga di Klaten dan sekitarnya. (Baca: Tak Perlu ke Jepang, Selokan Jernih Ada di Klaten)

Joko Sucipto, warga Pluneng Klaten. (Ponco Suseno/JIBI/Solopos)

Di tahun 1996, bapak dengan empat anak ini iseng-iseng menyebar ikan nila di kali selebar kurang lebih satu meter. Saluran air itu berada di depan rumahnya di RT 001/RW 005, Samberan, Pluneng, Kebonarum.

Advertisement

Dengan kawat yang dipasang di bagian hulu dan hilir di kali depan rumahnya itu, Joko meyakini ikan-ikan yang disebarnya tak akan hanyut. “Saat awal-awal itu, ikan-ikan saya pada hanyut. Waktu itu berlangsung hujan lebat sehingga ikan-ikan saya banyak yang mencolot dari kawat pembatas, terutama di bagian hilir. Ikan nila sebanyak 60 ekor banyak yang hilang,” kenang Joko, saat ditemui Solopos.com, di rumahnya, Sabtu (18/2/2017).

Tak patah arang, Joko pun kembali menyebar ikan di selokan depan rumahnya di tahun 1997. Kali ini Joko menyebar ikan yang sudah besar  di depan rumahnya, seperti ikan nila merah, nila hitam, patin, gurami, koi, patin. Joko tak menghitung jumlah ikan yang disebar kala itu. Tapi, Joko meyakini jumlah ikan yang disebar mencapai puluhan ekor.

“Saya ini memang seneng ngingu ikan. Soalnya, saya juga memiliki kolam ikan di sini [Pluneng]. Kejernihan air di Pluneng ini semakin menarik ketika disebari ikan. Kali [selokan] di Pluneng ini kan panjang, yang saya manfaatkan [disebari ikan] yang melintas di depan rumah saja,” katanya.

Advertisement

Usahanya menyulap selokan agar tetap jernih dan menarik dipandang itu membuahkan hasil dalam dua hingga tahun terakhir. Berawal dari getok tular warga, selokan depan rumahnya mampu menyedot perhatian warga di Kebonarum dan sekitarnya.

Ramai Dikunjungi

Selokan di Pluneng, Kebonarum, Klaten, disebari ikan. Foto diambil Sabtu (18/2/2017). (Ponco Suseno/JIBI/Solopos)

Advertisement

Hampir setiap hari, rumahnya selalu kedatangan tamu yang ingin melihat-lihat. Para pengunjung itu secara gratis tak dipungut bayaran sering melihat kejernihan air dan lenggak-lenggok berbagai ikan berukuran besar. Agar selokan  tetap bersih dan jernih, Joko selalu membersihkan sampah setiap waktu, baik sampah organik atau pun nonorganik.

“Kolam” ikan melengkapi suasana rumah milik Joko Sucipto yang juga dihiasai aneka tanaman hias dan rimbunnya dua pohon mangga setinggi kurang lebih tiga meter.

“Ikan-ikan saya itu tidak dikasih pelet. Ikan-ikan saya ini termasuk ikan organik karena hanya makanannya, seperti sisa nasi yang tidak termakan, sayuran, sisa roti, dan makanan alam yang ada di kali. Makanya, ikan saya rasa enak [terutama ikan nila]. Beberapa tahun lalu, pernah didatangi sejumlah perwira TNI malam-malam. Tak pikir ada apa, ternyata perwira itu ingin membeli ikan saya. Kalau dihitung-hitung, saya sudah mengantongi Rp25 juta dari penjualan ikan di kali ini,” kata Joko.

Hal senada dijelaskan anak menantu Joko Sucipto, yakni Esti, 40. Ikan-ikan yang disebar ayahnya tersebut sering kali menjadi klangenan anggota keluarganya dan warga di Kebonarum dan sekitarnya. Beberapa taman kanak-kanak (TK) di Kebonarum, Jogonalan, Ngawen, Manisrenggo, Jatinom, dan beberapa daerah lainnya sering mengunjung kali yang ada di depan rumahnya.

“Anak saya, Eksel yang duduk di bangku kelas V SD sering marah-marah ketika kakeknya menjual ikan tanpa sepengetahuan dirinya. Misalnya, anak saya menyukai ikan koi warna merah. Tiba-tiba, kakeknya menjual ikan itu. Otomatis anak saya langsung menangis kalau melihat ikan kesukaannya sudah tidak ada lagi di kali,” katanya.

Salah satu pengunjung asal Gondang Kecamatan Jogonalan, Wahyudi, 30, mengaku sering mengajak anaknya, Niko, 3, melihat ikan milik Joko Sucipto. Wahyudi rela menempuh jarak dua kilometer dari rumahnya agar Niko dapat melihat aneka ikan di depan rumah Joko Sucipto.

“Ikan di sini memang besar-besar. Kalau anak saya sedang rewel [menangis], biasanya saya ajak ke sini. Warnanya kan juga macam-macam, ada yang merah, kuning, hitam. Jadi, menarik bagi anak-anak,” katanya.

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif