Soloraya
Rabu, 15 Februari 2017 - 01:10 WIB

PERTANIAN KLATEN : Produksi Cabai Rawit Capai 8.424 Kuintal Setahun

Redaksi Solopos.com  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi tanaman cabai. (JIBI/Harian Jogja/Wahyu Darmawan)

Komoditas pangan, produksi cabai rawit Klaten sepanjang 2016 mencapai 8.424 kuintal.

Solopos.com, KLATEN — Produksi cabai rawit di Kabupaten Klaten sepanjang 2016 mencapai 8.424 kuintal. Produksi cabai rawit pada 2017 diharapkan tidak jauh berbeda dibanding hasil yang diperoleh pada 2016.

Advertisement

Berdasarkan data yang dihimpun Solopos.com, luas lahan pertanian di Klaten mencapai 32.451 hektare. Dari luasan tersebut, areal pertanian yang ditanami cabai rawit mencapai 3.301 hektare. Areal pertanian yang ditanami cabai rawit tersebar di seluruh daerah di Klaten, terutama Ceper, Bayat, Jogonalan, Manisrenggo, Karangnongko, dan Jatinom.

“Produksi cabai setiap tahun di Klaten memang di angka itu [8.424 kuintal]. Angkanya selalu sama. Di tahun ini, semoga diharapkan sama kendati frekuensi hujan sangat tinggi di awal-awal tahun,” kata Kepala Seksi (Kasi) Produksi Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Pertanian Ketahanan Pangan dan Perikanan (DPKPP) Klaten, Lilik Nugraharja, kepada Solopos.com, Selasa (14/2/2017).

Lilik mengatakan menanam cabai rawit di musim penghujan sangat berisiko. Terlepas dari hal itu, para petani nekat menanam cabai lantaran ingin memperoleh keuntungan berlipat. “Di saat seperti ini [musim penghujan], para petani harus siap dengan serangan hama patek. Saat tanaman mulai terserang, langsung dilakukan penyemprotan [fungisida],” katanya.

Advertisement

Untuk cabai besar di Klaten, Lilik mengatakan produksinya tak jauh berbeda dengan cabai rawit, yakni 8.512 kuintal. Luas areal pertanian yang ditanami cabai besar di Klaten mencapai 438 hektare. “Untuk cabai besar, dilihat dari produksinya hampir sama dengan cabai rawit. Hanya, luasannya lebih sedikit,” katanya.

Salah satu petani cabai asal Majegan, Kecamatan Tulung, Widodo, mengatakan tingginya frekuensi hujan sangat memengaruhi produksi cabai. Hal itu mengakibatkan serangan hama patek.

“Saya sempat menanam cabai rawit setengah hektare. Tapi terserang patek semua. Untung harganya tinggi sehingga cabai rawit yang masih hijau sudah bisa dijual. Harga cabai rawit di tingkat petani Rp120.000 per kilogram. Dengan harga seperti itu, saya tidak rugi. Tapi, juga tidak untung besar. Harga cabai rawit per kilogram jauh lebih tinggi dibandingkan harga cabai besar atau cabai merah yang hanya Rp50.000 per kilogram,” katanya.

Advertisement

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif