Jogja
Rabu, 15 Februari 2017 - 12:20 WIB

KISAH INSPIRATIF : Hendy Helmy Ingin Percantik Citra Jogja Lewat Stasiun

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Executive Vice President PT KAI Indonesia Daop VI Hendy Helmy(Kusnul Istiqomah & Bernadheta Dian Saraswati/JIBI/Harian Jogja)

Kisah inspiratif dari Executive Vice President PT KAI Indonesia Daop VI

Harianjogja.com, JOGJA — Executive Vice President PT KAI Indonesia Daop VI Hendy Helmy terhitung belum lama menjabat sebagai petinggi perkeretaapian di wilayah Daop VI Yogyakarta. Namun ia memiliki mimpi besar, tidak hanya mengubah perwajahan stasiun tapi juga citra kota yang ia naungi saat ini. Bagaimana kisahnya?

Advertisement

Hendy Helmy baru duduk di kursi Kepala KAI Daop VI Yogyakarta 1,5 tahun lalu. September 2015, ia mulai berkantor di Jogja setelah berkeliling menduduki jabatan strategis di beberapa tempat.

Karirnya di perkeretaapian dimulai 1997. Setelah lulus dari jurusan Teknik Industri Universitas Pasundan, Bandung, pada 1996 ia mendaftarkan diri di KAI. Saat itu, ia menjalani tes sampai delapan bulan dan baru diterima pertengahan 1997. Pria keturunan Padang ini pun disekolahkan di bidang kereta api Institut Teknik Bogor (ITB).

Advertisement

Karirnya di perkeretaapian dimulai 1997. Setelah lulus dari jurusan Teknik Industri Universitas Pasundan, Bandung, pada 1996 ia mendaftarkan diri di KAI. Saat itu, ia menjalani tes sampai delapan bulan dan baru diterima pertengahan 1997. Pria keturunan Padang ini pun disekolahkan di bidang kereta api Institut Teknik Bogor (ITB).

Seusai menimba ilmu, ia kemudian ditempatkan di bidang diklat. Di situ ia memiliki tugas memberi pendidikan kepada petugas KAI. ia juga membangun kerjasama dengan Sekretariat Negara (Setneg) RI untuk mengadakan pelatihan dengan orang-orang Kamboja, Laos, Myanmar, dan Vietnam tentang kerat api di Indonesia. Program itu ia lakukan sampai lima angkatan. Pria berambut putih ini mengakui adanya keterbatasan hubungan KAI dengan orang-orang di luar negeri sehingga ia pun ditunjuk sebagai PIC (person in charge).

Keaktifannya melakukan korespondensi dengan pihak luar negeri membuatnya langsung diangkat sebagai Kepala Seksi Pelaksana Pelatihan tanpa menempati beberapa jabatan terlebih dulu. Pada posisi itu, selama 1,5 tahun ia bertugas membuat perencanaan pendapatan angkutan barang selama setahun. “Dari situ sampai hafal setiap kereta api berapa pendapatannya karena semua dihitung,” katanya pada Harian Jogja, belum lama ini.

Advertisement

Ia hanya menjabat selama tiga bulan karena syarat untuk menjadi EVP adalah harus pernah menjabat sebagai kepala daerah. Dari situlah ia pun ditugaskan sebagai EVP di Daop VI Yogyakarta untuk memenuhi standar track record. “Ini jadi kepala daerah saya pertama. Hampir 1,5 tahun saya di sini,” tutur pria yang memiliki hobi berolah raga dan musik ini.

Ia mengakui, sejak awal ditugaskan di Daop VI, ia sudah menginginkan adanya banyak perubahan, seperti mengembangkan Stasiun Solo Balapan dan Tugu. Semua itu bisa dilakukan selama perusahaan induk mendukung penuh. namun karena butuh investasi yang besar, sementara ini ia baru dapat melakukan penataan. Salah satu konkretnya terlihat dari parkir Stasiun Tugu timur yang sudah dialihkan serta penataan pedagang kaki lima di titik Tugu selatan.

Tahun ini ia memiliki rencana untuk membuat tampilan Stasiun Tugu menjadi menarik. Muka stasiun yang menurutnya suram dan jarang ada orang nengok ke kanan ke arah  Stasiun Tugu, nanti akan disulap menjadi tempat menarik. “Bikin stasiun jadi tempat orang bersenang-senang dan nggak cuma orang mau berangkat. Saya senang ada banyak anak-anak kecil seperti di alun-alun. Bisa main air, dan lain-lain,” tuturnya.

Advertisement

Setidaknya ada beberapa inovasi yang ingin ia realisasikan tahun ini. Inovasi di Tugu timur, Tugu selatan dengan dibangun pedestrian ramah difabel, dan perbaikan Stasiun lempuyangan. Inovasi tersebut semata bertujuan menghilangkan kesan kumuh dari Jogja. “Inovasi ini Ingin meningkatkan citranya Kota Jogja,” tutur pria kelahiran Malang, 24 Juli 1971 ini.

Membangun stasiun pasti tak luput dari pro-kontra masyarakat. Namun, ia memegang prinsip bahwa pembangunan yang dilakukan adalah demi kepentingan banyak orang. Kalau berpikir untuk segelintir orang, katanya, negara ini tidak pernah bisa maju. Ia berharap, saat mimpi besarnya itu tercapai, masyarakat Jogja akan sadar dan tergerak untuk menyerahkan aset milik KAI untuk kepentingan penataan.

Helmy mengakui setiap pemimpin memiliki ambisi yang berbeda-beda. Jika suatu saat nanti ia harus berpindah tugas, ia akan memandatkan rencana pembangunannya itu pada pimpinan selanjutnya melalui memorandum rencana kegiatan. Pimpinan yang baru bisa melakukan perubahan tetapi bukan menghilangkan rencana yang sudah ada, kecuali rencana tersebut dinilai lebih baik dari rencana yang telah ia susun.

Advertisement

Ia mengaku beruntung dtempatkan di Jogja karena rekan kerja atau para karyawan di Daop VI cukup akomodatif dan kooperatif. Mereka mudah paham dan tidak perlu dijelaskan akan tugasnya berulang-ulang.

Advertisement
Kata Kunci : Kisah Inspiratif
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif