Jogja
Selasa, 14 Februari 2017 - 21:20 WIB

PETERNAKAN JOGJA : Populasi Sapi Digelontor Rp1,1 Trilyun

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi pasar sapi (JIBI/Solopos/Dok.)

Peternakan Jogja, produksi sapi betina digenjot

Harianjogja.com, JOGJA – Pemerintah menggelontorkan dana sebesar Rp 1,1 Triliun untuk mendorong produksi pedet atau anakan sapi menjadi 3 juta ekor. Dana tersebut di antaranya akan digunakan untuk memperbaiki reproduksi sapi indukan yang selama ini tercatat masih rendah. Untuk menyukseskan program ini, pemerintah menggandeng profesi dokter hewan untuk menangani gangguan reproduksi lewat deteksi dini birahi, perbaikan pakan, inseminasi buatan hingga penanganan penyakit gangguan reproduksi.

Advertisement

Demikian disampaikan oleh Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian  I Ketut Diarmita dalam pertemuan dengan 500 Dokter Hewan yang tergabung dalam Asosiasi Medik Reproduksi Veteriner Indonesia (Amervi).
.
Ketut Diarmita menegaskan kebijakan pemerintah untuk menggenjot produksi sapi betina tersebut akan direalisasikan lewat program Upaya Khusus Sapi Induk Wajib Bunting (Upsus Siwab). Keberthasilan program ini menurutnya sangat bergantung dari peran dokter hewan yang bertugas di pusat kesehatan hewan (puskeswan) di daerah maupun dokter hewan praktek mandiri.

“Peran dokter hewan sangat sentral dalam keberhasilan program ini,” ujarnya, Senin (13/4/2017).

Advertisement

“Peran dokter hewan sangat sentral dalam keberhasilan program ini,” ujarnya, Senin (13/4/2017).

Ketut Diarmita menambahkan dokter ghewan merupakan garda terdepan dalam memberikan pelayanan kesehatan ternak terkait layanan teknis reproduksi, penanganan teknis inseminasi buatan hingga pengobatan pada penyakit gangguan reproduksi. Selain soal gangguan reprosuksi, kata dia, persoalan lain dalam meningkatkan produksi sapi adalah rendahnya kualitas pakan.

“Lewat program ini akan kita perbaiki kualitas pakan sapi indukan,” ujarnya.

Advertisement

Sementara Ketua Amervi  Agung Budiyanto menyambut baik program pemerintah untuk mendorong populasi sapi lewat penaganan gangguan reproduksi sapi betina indukan.

Menurutnya penyakit gangguan reproduksi masih menjadi kendala terbesar dalam peningkatan produksi populasi sapi di tanah air.

“Yang memiliki kemampuan dan kewenagan dalam pengonatan gangguan reproduksi itu ada di tangan dokter hewan,” tandasnya.

Advertisement

Agung menjelaskan sapi betina yang mengalami gangguan reproduksi kecil kemungkingan akan bunting. Oleh karena itu, peran dan tugas dokter hewan di lapangan sangat menentukan tingkat keberhasilan dalam melakukan diagnosa, pengobatan dan evaluasi tingkat kesehatan reproduksi sapi.

Dosen Fakultas Kedokteran Hewan UGM ini menyebutkan sekitar 5-10% populasi sapi di Indonesia saat ini mengalami gangguan reproduksi.

“Kita perkirakan sekitar 5-10 persen dari total populasi sapi kita saat ini mengalami gangguan reproduksi,” ujarnya

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif