Sport
Jumat, 10 Februari 2017 - 08:30 WIB

HUT PASOEPATI : Cerita Berdirinya Pasoepati, Berawal dari Kolom Koran

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Baihaqi  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Suporter Persis Solo Pasoepati beraksi di Stadion Manahan. JIBI/Solopos/Dok

HUT Pasoepati jatuh pada 9 Februari.

Solopos.com, SOLO – Salah satu pendiri Pasoepati, Mayor Haristanto, menunjuk secarik kertas saat Solopos.com berkunjung ke kediamannya, Senin (6/2/2017). “Ini benar-benar mengubah hidup saya,” katanya.

Advertisement

Kertas tersebut diarsipkan Mayor dengan rapi bersama tumpukan kliping surat kabar yang memuat berita tentang perjalanan Pasoepati sejak awal berdiri pada 9 Februari 2000 di Griya Reka Grupe Mayor di Jl. Kolonel Sugiyono No. 37, Solo. Saat Pelita Jaya pindah kandang ke Solo, fans sepak bola di Kota Bengawan seolah-olah tergugah. Tak terkecuali Mayor.

Namun saat itu, belum ada wadah yang benar-benar bisa menyatukan mereka. Mayor lantas memiliki ide untuk mengajak para pendukung Pelita untuk bertemu dan berkumpul lewat rubrik “Dari Pinggir Lapangan”, yang ada di halaman Olahraga, Harian Umum Solopos.

Advertisement

Namun saat itu, belum ada wadah yang benar-benar bisa menyatukan mereka. Mayor lantas memiliki ide untuk mengajak para pendukung Pelita untuk bertemu dan berkumpul lewat rubrik “Dari Pinggir Lapangan”, yang ada di halaman Olahraga, Harian Umum Solopos.

Rubrik

Rubrik itu memang ditujukan untuk menampung saran, kiritik atau komentar bagi pendukung Pelita Solo maupun penyelenggara Kompetisi Liga Indonesia (Ligina) VI di Kota Bengawan. Kiriman Mayor itu akhirnya dimuat pada Solopos edisi 27 Januari 2000.

Advertisement

Gayung bersambut. Berawal dari kolom berukuran sekitar 10 cm x 8 cm itu, Mayor dihubung beberapa fans Pelita yang terpencar-pencar dari  beberapa wilayah di Kota Bengawan. Pada 9 Februari 2000, mereka kemudian bertemu di Griya Reka Grupe Mayor hingga tercetuslah ide untuk mendirikan Pasoepati.

Kolom “Dari Pinggir Lapangan” pada halaman Olahraga, Harian Solopos, Edisi 27 Januari 2000 yang memuat kiriman Mayor Haristanto untuk mengajak koordinator fans Pelita Solo berkumpul. (JIBI/Solopos/Hanifah Kusumastuti (repro))

“Saat itu, berkumpul 20 orang. Kami kemudian sepakat untuk mendirikan kelompok suporter. Dan tercetuslan nama Pasoepati yang saat itu kepanjangannya, Pasukan Soeporter Pelita Sejati, karena kami masih menjadi pendukung Pelita yang bermain di kasta tertinggi, Ligina,” ungkap Presiden DPP Pasoepati pada periode pertama dan kedua itu.

Advertisement

Dua puluh orang yang berkumpul di Griya Reka Grupe Mayor itu terdiri dari berbagai latar belakang dan back-ground profesi. Tapi mereka disatukan karena kecintaan terhadap sepak bola Tanah Air, terutama untuk mendukung Pelita.

Luar Negeri

Selain Mayor, di antaranya Bimo Putranto yang kini menjabat sebagai Presiden Pasoepati, Phete Pasoepati yang saat itu dikenal sebagai pendukung klub basket Bhinneka Solo, Maeda Daneswara yang juga putra Ir. Sudjaji yang kala itu menjadi pembantu gubernur di wilayah Kota Bengawan, dan  wartawan Solopos, Suwarmin, yang saat itu bertugas di desk olahraga.

Advertisement

Suwarmin, yang kini menjabat sebagai Pemimpin Redaksi Solopos itu, pula yang mengusulkan nama Pasoepati. Saat itu, sebenarnya ada pilihan lain, yakni Pelita Mania. Usulan ini diajukan karena seolah-olah masyarakat terdoktrin embel-embel “Mania” di belakang kelompok nama suporter, salah satunya Aremania. Hasil voting menunjukkan suara terbanyak jatuh pada Pasoepati.

“Waktu itu saya yang usul Pelita Mania. Tapi saya bersyukur akhirnya yang dipilih Pasoepati. Coba kalau dulu yang terpilih Pelita Mania, tiap tahun bisa ganti ,” jelas Mayor.

Pasoepati memang tidak lagi mendukung Pelita. Setelah Pelita hengkang dar Solo, Pasoepati mengalihkan dukung kepada tim yang juga kasta pertama, Persijatim Solo FC  yang datang ke Kota Bengawan sekitar 2003. Setelah Persis Solo promosi ke Divisi Utama, Pasoepati pun menahbiskan diri sebagai pendukung setia Laskar Sambernyawa pada 2006 hingga sekarang.

Jumlah anggota Pasoepati pun meluas. Jumlah koordinator wilayah (Korwil) Pasoepati juga semakin bertambah. Pada awal berdiri, 9 Februari 2000, baru terbentuk tiga Korwil, yakni Korwil Banjarsari, Korwil Pasar Kliwon, dan Korwil Laweyan. Korwil-korwil itu gabungan dari beberapa suku di wilayah setempat.

Jumlah itu terus bertambah dari tahun ke tahun. Pada ulang tahun ke-17, Kamis (9/2/2017) ini, DPP Pasoepati mencatat setidaknya ada 18 Korwil Pasoepati.

“Pasoepati sudah menjadi salah satu kelompok suporter terbesar dan disegani di Tanah Air. Bahkan ada anggotanya yang berada di luar negeri.  Seperti Korea, Jepang. Anggota Pasoepati di Jepang cukup aktif mengadakan kegiatan dan kerap menyumbang dana ke Solo,” ujar Sekjen DPP Pasoepati, Anwar Sanoesi.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif