Soloraya
Rabu, 8 Februari 2017 - 22:40 WIB

Berbaur di Masyarakat, 3 Mahasiswa Australia Ini Terkesan Kehidupan Desa Boyolali

Redaksi Solopos.com  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Mahasiswa bule asal Melbourne, Australia, saat memanen padi di Desa Pentur, Simo, Boyolali. Foto diambil beberapa waktu lalu. (JIBI/Solopos/Istimewa)

Beberapa warga asing asal Australia mengunjungi anak-anak di Boyolali.

Solopos.com, BOYOLALI — Tiga mahasiswa asal Melbourne, Australia, terlihat semringah saat berada di tengah-tengah masyarakat Desa Pentur, Kecamatan Simo, Boyolali, Rabu (8/2/2017). Mereka adalah Mithra Steven, Medeleine Rose Macan, serta Samuel Thomas W. Stafford.

Advertisement

Ketiganya mendapatkan beasiswa dari Australian Volunteer International (AVI) untuk menimba ilmu dan budaya di Desa Pentur. Tak hanya itu, mereka juga mengampanyekan perlindungan hak-hak anak selama beberapa pekan di sana.

Dengan antusias, satu per satu mereka mulai mengisahkan kembali kenangan selama dua pekan ini hidup membaur bersama warga desa. Ada yang terkesan dengan aktivitas ibu-ibu desa menganyam bambu, membajak sawah, hingga memanen padi.

Advertisement

Dengan antusias, satu per satu mereka mulai mengisahkan kembali kenangan selama dua pekan ini hidup membaur bersama warga desa. Ada yang terkesan dengan aktivitas ibu-ibu desa menganyam bambu, membajak sawah, hingga memanen padi.

Mereka juga doyan sekali mencicipi tempe sebagai makanan khas orang desa. Yang tak kalah menariknya, mereka sangat terkesan dengan seperangkat gamelan di desa itu.

“Padahal di Australia mereka juga diajari menabuh gamelan. Namun, saat menabuh gamelan di sini, mereka terasa kaku,” ujar Chaty, pendamping tiga bule Australia itu saat berbincang dengan Solopos.com di rumah warga Desa Pentur, Kecamatan Simo, Boyolali, Rabu.

Advertisement

Mereka juga terkesan dengan kegotong royongan dan kebersamaan warga Desa Pentur, Simo. “Di sini, orangnya ramah tamah dan gotong royong. Berbeda dengan warga Autralia yang lebih individualis,” ujar Chaty.

Membaur dengan warga adalah bagian dari kegiatan ketiga mahasiswa itu. Tujuan utama mereka mengampanyekan perlindungan hak-hak anak. Didampingi aktivis sosial kemasyarakatan setempat, Joko Narimo, ketiga mahasiswa bule itu juga dolanan bersama anak-anak kampung.

“Mereka diberi kesempatan untuk mengajak anak-anak belajar pentingnya hidup sehat. Salah satunya menjauhi pengaruh rokok di masa anak-anak,” ujar Joko di sanggar Rumah Tumpi.

Advertisement

Upaya pencegahan pengaruh rokok kepada anak-anak, kata dia, sebenarnya sudah sangat darurat dilakukan. Menurut Joko, saat ini banyak anak-anak seusia SD-SMP yang terpapar pengaruh asap rokok orang-orang dewasa karena lingkungan.

Mereka tak jarang dengan leluasa merokok saat bermain atau saat menongkrong di warung. “Anak-anak sampai merokok itu karena semata-mata melihat orang-orang dewasa yang merokok di sekelilingnya. Jadi, mereka ini hanya tiru-tiru,” ujar Anna Subekti, pegiat Rumah Tumpi lainnya.

Keprihatinan inilah yang membuat Joko mengajak ketiga mahasiswa bule itu menghibur anak-anak desa sembari menyisipkan pesan-pesan kesehatan. Hasilnya, kata dia, banyak orang tua di lingkungan desa dan sekolah yang bisa menahan diri untuk tidak merokok saat ada anak-anak.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif