Soloraya
Minggu, 5 Februari 2017 - 12:15 WIB

PERTANIAN SUKOHARJO : Tanggul Jebol, 10 Ha Lahan di Gumpang Terancam Tak Dapat Air

Redaksi Solopos.com  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pengendara sepeda motor melewati pinggir tanggul Kali Samin yang longsor saat terjadi banjir di sebagian wilayah Sukoharjo, Minggu (4/12/2016). (Bony Eko Wicaksono/JIBI/Solopos)

Pertanian Sukoharjo, sedikitnya 10 hektare lahan di Gumpang, Kartasura, terancam kesulitan air.

Solopos.com, SUKOHARJO — Sedikitnya 10 hektare lahan pertanian di Desa Gumpang, Kecamatan Kartasura, Sukoharjo, terancam tak dapat aliran air akibat tanggul jebol.

Advertisement

Lahan pertanian itu merupakan lahan milik petani setempat dan lahan lungguh perangkat desa dan kepala desa. Tanggul jebol terjadi di Dukuh Pancingan, Desa Gumpang, Kartasura.

Pemerintah desa berencana mengadakan kerja bakti sebagai langkah awal memperbaiki tanggu. Pemerintah desa berharap ada tanggul yang jebol itu dibangun permanen oleh Pemkab.

Kepala Desa Gumpang, Dwi “Mogol” Nuryanto, kepada wartawan, Sabtu (4/2/2017), bercerita tanggul di Dukuh Pancingan jebol sepekan lalu. “Lahan lungguh kades seluas 2.000 meter persegi tak bisa ditanami lagi. Luas keseluruhan lahan yang terancam tak teraliri air 10 hektare. Tanggul jebol sekitar pukul 03.00 WIB, sepekan lalu,” katanya.

Advertisement

Mogol menyatakan penyebab utama tanggul jebol karena tak kuat menahan derasnya air. Petani sudah memperbaiki tanggul tersebut dengan cara menumpuk tanah tanpa ada beronjong dan penahan.

Akhir Januari lalu, air mengalir deras sehingga tanggul itu pun jebol. Kebutuhan dana untuk perbaikan tanggul diperkirakan Rp200 juta. “Kami berharap ada bantuan dari [pemerintah] kabupaten untuk perbaikan tanggul tersebut,” kata Mogol.

Menurut dia, semenjak tanggul jebol air hanya bisa digunakan untuk lahan di satu sisi tanggul. Mogol menambahkan tanggul tersebut memang sering jebol. Warga dan petani sekitar sudah dua hingga tiga kali melakukan perbaikan.

Advertisement

Pada bagian lain, Mogol menyatakan program pengerukan sedimentasi saluran dan gerakan operasi tangkap tangan (OTT) sampah menunjukkan tren baik. “Di saluran yang sudah dikeruk sedimennya, airnya tak lagi meluap dan menggenangi jalan, emperan, atau rumah-rumah warga. Justru yang terjadi genangan dari aliran kali besar bukan saluran,” jelasnya.

Terpisah, warga Dukuh Kesongo, Desa Tegalmade, Kecamatan Mojolaban, juga meminta perbaikan tanggul Kali Samin yang longsor akibat hujan beberapa waktu lalu. Warga setempat, Ngadiyono, 40, meminta tanggul yang longsor segera ditangani agar warga tak lagi waswas. Perbaikan menggunakan beronjong kawat terbukti tidak awet dan sering hanyut dihantam derasnya aliran air.

“Kami berharap pemerintah segera menanganinya karena dibalik tanggul banyak jiwa yang bermukim,” katanya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif