Jogja
Rabu, 1 Februari 2017 - 02:20 WIB

KISAH INSPIRATIF : Sri Mugirahayu, Dari Konseptor ke Eksekutor

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Kepala BPJS Kesehatan Yogyakarta, Sri Mugirahayu (Kusnul Isti Qomah/JIBI/Harian Jogja)

Kisah inspiratif berikut mengenai perjalanan karier Kepala BPJS Kesehatan Yogyakarta.

Harianjogja.com, JOGJA — Sri Mugirahayu menjadi orang nomor satu di Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan Cabang Yogyakarta. Catatan kariernya menunjukkan ia sering berpindah tugas dari satu wilayah ke wilayah lain yang menuntut kecepatan adaptasi dan perubahan pola berpikir dari konseptor menjadi eksekutor.

Advertisement

Ia mengungkapkan, pada 2003 ia lulus dari Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Achmad Yani (Unjani) Bandung dan mulai masuk ke PT Askes akhir 2005 hingga saat ini dengan nama BPJS Kesehatan. Pertama kali bertugas ia dikirim ke Parepare kemudian ke Makassar, Magelang, dan DIY pada 2009. Ia memulai karier dari posisi bawah sebagai staf atau pelaksana.

“Kemudian, saya disekolahkan di Jerman, lalu pulang ke DIY, kemudian Semarang, Jambi, Bali, Kantor Pusat, dan kembali ke DIYsebagai kepada cabang,” ujar dia kepada Harianjogja.com di Jogjakarta Plaza Hotel, Jogja, Senin (30/1/2017).

Advertisement

“Kemudian, saya disekolahkan di Jerman, lalu pulang ke DIY, kemudian Semarang, Jambi, Bali, Kantor Pusat, dan kembali ke DIYsebagai kepada cabang,” ujar dia kepada Harianjogja.com di Jogjakarta Plaza Hotel, Jogja, Senin (30/1/2017).

Seiring perpindahannya, ia terus mengalami kenaikan jabatan hingga posisi saat ini. Kesempatan itu membuatnya bertemu banyak orang dan menghadapi banyak tantangan sehingga diperlukan keteguhan dan dukungan dari keluarga. Ia pun harus cepat beradaptasi karena selalu berganti lingkungan yang baru.

“Kalau dibilang comfort zone, saya enggak pernah alami. Setiap pindah tantangan luar biasa,” tutur dia.

Advertisement

Begitu pindah tugas sebagai kepala cabang di DIY, ia harus menjadi seorang eksekutor, menghadapi orang dan masalah. Pola berpikir yang digunakan benar-benar berbeda dan harus melakukan semuanya berdasarkan regulasi yang ada. Namun, menjadi eksekutor membuat dia memahami beberapa aturan yang dahulu dibuat ternyata sulit diterapkan di masyarakat.

“Jadi bisa kasih masukan untuk regulasi yang susah dijalankan. Kalau enggak ada uji publik, regulasi akan susah [diterapkan],” jelas dia.

Ia mengaku tidak memiliki masalah dengan beradaptasi, tetapi ia memiliki passion sendiri yakni menjadi seorang konseptor. Tekanannya lebih besar karena langsung berurusan dengan top management. Menjadi seorang konseptor menuntut dia harus memiliki wawasan yang luas, bertemu banyak ahli, dan kadang harus berpikir di luar kotak.

Advertisement

“Kalau di daerah, lebih ke menjaga harmonisasi dengan pemangku kepentingan seperti Pemerintah Daerah. Saya enggak ada masalah untuk adaptasi, tapi passion saya di konseptor,” tutur dia.Kesinambungan Program

Semenjak bertugas di DIY, ia mengemban visi terwujudnya JKN-KIS semesta yang berkualitas dan berkesinambungan. Visi tersebut dicapai dengan menjaga kesinambungan program JKN-KIS dengan mengoptimalkan kolektibilitas iuran, sistem pembayaran fasilitas kesehatan, dan pengelolaan keuangan secara transparan dan akuntabel. Kemudian, memperluas kepesertaan JKN-KIS mencakup seluruh penduduk Indonesia paling lambat 1 Januari 2019 melalui peningkatan kemitraan dengan seluruh pemangku kepentingan dan mendorong partisipasi masyarakat, serta meningkatkan kepatuhan kepesertaan.

Misi lainnya yakni meningkatkan kualitas layanan yang berkeadilan kepada peserta, pemberi pelayanan kesehatan dan pemangku kepentingan lainnya melaui sistem kerja yang efektif dan efisien. Meningkatkan harmonisasi hubungan antar lembaga untuk memperkuat kebijakan dan implementasi Program JKN-KIS melalui peningkatan kemitraan, koordinasi, dan komunikasi dengan seluruh pemangku kepentingan.

Advertisement

“Memperkuat kapasitas dan tata kelola organisasi dengan didukung SDM yang profesional, penelitian, perencanaan dan evaluasi, pengelolaan proses bisnis dan manajemen risiko yang efektif dan efisien, serta infrastruktur dan teknologi informasi yang andal,” ujar dia.

Di mata karyawan lainnya, wanita yang akrab disapa Cici ini termasuk pimpinan yang cerdas. Kepala Unit Hukum, Komunikasi Publik, dan Kepatuhan (HK2) BPJS Kesehatan Cabang Yogyakarta Ardian Djaja mengatakan, Cici merupakan pimpinan yang inovatif.

“Beliau juga kreatif untuk perbaikan pelayanan dan kinerja. Apa yang bisa disederhanakan akan disederhanakan tetapi isinya tetap dapat,” kata dia.

Kepala Unit Pemasaram BPJS Kesehatan Cabang Yogyakarta Ndaru Kristian Nugroho melihat Cici sebagai sosok pribadi yang simpel.

“Setiap ada permasalahan, beliau akan menyoroti dari hal simpel dan mencari jalan keluar yang simpel. Enggak berbelit. Misal rapat pun cukup satu jam tetapi semua hal dibahas dan mendapatkan esensinya,” jelas dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif