Soloraya
Selasa, 31 Januari 2017 - 23:40 WIB

Tak Diakomodasi Pabrik Gula, Warga Banaran Sragen Mengadu ke DPRD

Redaksi Solopos.com  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Warga dan manajemen pabrik gula berdialog bersama pimpinan DPRD di DPRD Sragen, Selasa (31/1/2017). ((Tri Rahayu/JIBI/Solopos)

Warga Banaran, Sambungmacan, Sragen, mengadu ke DPRD karena merasa tak diakomodasi manajemen pabrik gula.

Solopos.com, SRAGEN — Sejumlah warga Desa Banaran, Kecamatan Sambungmacan, Sragen, mengadu ke DPRD Sragen, Selasa (31/1/2017). Aduan itu disampaikan warga karena tidak diakomodasi menjadi buruh atau tenaga kerja di pabrik gula PT Indo Gula Pastika Sragen di Dukuh Karangasem RT 001, Desa Banaran.

Advertisement

Perwakilan warga Banaran datang ke DPRD diantar Kepala Desa Banaran Susilo dan Camat Sambungmacan Joko Suratno. Kedatangan mereka diterima Ketua DPRD Sragen Bambang Samekto dan pimpinan Komisi IV DPRD Sragen di ruang pimpinan DPRD. Manajemen PT Indo Gula Pastika juga dihadirkan dalam pertemuan itu.

Kades Banaran Susilo saat ditemui Solopos.com seusai audiensi, Selasa siang, mengatakan kedatangan warga ke DPRD ini sebenarnya menagih komitmen yang sudah dibuat PT Indo Gula Pastika untuk merekrut tenaga kerja dari warga Banaran saat mengurus perizinan ke Balai Desa Banaran, beberapa tahun lalu.

Dia bersedia menandatangani perizinan dengan syarat PT Indo Gula Pastika mau mengakomodasi warga Banaran sebagai tenaga kerja. “PT Indo Gula Pastika bersedia dengan syarat itu. Pabrik mulai dibangun pada 2015. Hingga kini sudah mencapai 60%. Ternyata sampai sekarang tak ada satu warga Banaran pun yang dilibatkan sebagai tenaga kerja. Pada proses pembangunannya tidak apalagi nanti di proses produksinya. Atas dasar itulah warga mengadu ke DPRD supaya bisa dipertemukan dengan manajemen pabrik gula,” ujar Susilo saat ditemui Solopos.com seusai audiensi.

Advertisement

Hasil pertemuan itu mengerucut bila keinginan warga Banaran akan dipenuhi PT Indo Gula Pastika. Dalam waktu dekat, manajemen pabrik gula akan memenuhi komitmen untuk menerima tenaga kerja Desa Banaran. Susilo menambahkan pabrik gula itu di bangun di lahan seluas 2,5 hektare.

Kebutuhan karyawannya saat proses produksi, kata dia, mencapai 100 orang. “Jadi kalau komitmen dari pabrik itu tidak dipenuhi ya warga pasti protes. Ada suara-suara yang mau merobohkan pabrik dan seterusnya,” ujarnya.

Sementara itu, manajemen PT Indo Gula Pastika Sragen saat ditemui Solopos.com enggan berkomentar. Mereka meminta Solopos.com bertemu Kades Banaran terkait kesepakatan hasil audiensi itu.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif