News
Senin, 30 Januari 2017 - 19:05 WIB

Selain Balita Mati, Penghuni Panti Tunas Bangsa Terpaksa Makan Kecoa & Depresi

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Para lansia penghuni Panti Tunas Bangsa, Pekanbaru, Riau. (Okezone)

Selain kasus balita mati, cerita miris di Panti Tunas Bangsa berlanjut. Para penghuni terpaksa makan kecoa dan 10 orang mengalami depresi.

Solopos.com, PEKANBARU — Cerita miris di Yayasan Tunas Bangsa berlanjut. Tak hanya anak-anak yang hidup memperihatinkan, sebanyak 19 orang terdiri dari lansia/jompo, fakir miskin, dan penderita keterbelakangan mental di bawah naungan Yayasan Tunas Bangsa, juga bernasib serupa.

Advertisement

Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa mengungkapkan data yang mengejutkan dari panti itu. Berdasarkan data terbaru yang dia miliki, penghuni panti terdiri atas 12 anak-anak, 13 orang lanjut usia (lansia), dan 19 orang dengan gangguan jiwa.

Dari 12 anak tersebut, 7 di antaranya masih belum ditemukan. “Jumlahnya 12-13-19. Dari 12 anak itu, yang dievakuasi baru 5 anak, 7 lainnya masih dicari,” kata Khofifah dalam dialog dalam Kompas Petang di Kompas TV, Senin sore.

Sementara itu, dari 13 lansia, kata Khofifah, 10 orang di antaranya mengalami depresi sehingga harus dibawa ke rumah sakit jiwa (RSJ). Artinya, hanya tiga orang yang masih normal dan kini dibawa ke panti lansia.

Advertisement

Ke-19 orang itu hidup di tiga tempat, yakni di KM 20 Kecamatan Tenayan Raya; Jl. Cendrawasih, Kecamatan Bukit Raya; dan Kecamatan Tenayan Raya. Seluruh panti itu masih dalam naungan Yayasan Tunas Bangsa milik Lili yang hari ini menyerahkan diri.

Seluruh penghuni panti kemudian dibawa petugas ke Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Tampan Pekanbaru untuk menstabilkan kejiwaan mereka. “Untuk anak jumlahnya ada tiga orang dan sekarang dibawa ke Dinsos. Sedangkan orang jompo dan fakir miskin serta orang penderita kejiwaan dibawa hari ini di bawa ke RSJ Tampan,” kata Kepala Bidang Pemenuhan Hak Anak LPA Provinsi Riau, Nanda Pratama, Senin (30/1/2017), dikutip Solopos.com dari Okezone.

Kondisi panti tempat mereka tinggal jauh dari layak. Mereka “dikandangkan” dalam satu bangunan yang di terdiri dari beberapa kamar. Setiap kamar dihuni oleh tiga orang yang pintunya sengaja dikunci.

Advertisement

Kamar tempat tiga orang tinggal tidak begitu besar. Makan, minum, mandi dan buang air besar, berlangsung di kamar tersebut. “Jatah minum dikasih ember, makan juga jarang, kadang mereka makan apa saja yang ada termasuk kecoa,” imbuhnya. Baca juga: Ada Bekas Hantaman di Jenazah Balita Penghuni Panti Tunas Bangsa Pekanbaru.

Sementara itu, Kepala Dinas Sosial Riau, Syarifuddin, menjelaskan bahwa izin Yayasan Tunas Bangsa sebenarnya telah habis sejak 2015. “Kami sudah meminta mereka pengelola yayasan melakukan perbaikan, tapi sekarang mencuat kasus kematian balita di panti itu. Untuk itu sekarang yang kita lakukan penyelamatkan yang ada disana,” ucapnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif