News
Jumat, 27 Januari 2017 - 12:30 WIB

KRISIS SURIAH : Donald Trump Bakal Bangun Zona Aman untuk Akhiri Perang

Redaksi Solopos.com  /  Jafar Sodiq Assegaf  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Seorang wanita korban perang Aleppo mencuci pakaian di pengungsian Bab Al-Salam dekat perbatasan Turki, Provinsi Aleppo Utara (JIBI/Reuters/Khalil Ashawi)

Donald Trump berencana membangun zona aman untuk mengakhiri krisis di Suriah.

Solopos.com, WASHINGTON DC – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump berencana membangun zona aman bagi warga yang menjadi korban perang di Suriah. Guna merealisasikan rencana itu, ia telah mengintruksikan pemimpin pasukan militer dan penjabat Kementerian Luar Negeri AS mulai mempersiapkan pembangunan zona aman tersebut.

Advertisement

Pembangunan zona aman itu dimaksudkan untuk mengurangi jumlah warga Suriah yang melarikan diri ke Eropa karena krisis berkepanjangan yang terjadi di Suriah. Ia menuding pemerintah di sejumlah negara Eropa melakukan kesalahan besar dengan menerima jutaan pengungsi dari Suriah dan negara konflik lainnya di Timur Tengah.

Dalam suatu wawancara bersama ABC News, Trump mengatakan ia tidak ingin kesalahan tersebut berlangsung terus menerus. “Saya akan membangun zona aman bagi rakyat Suriah. Saya tidak ingin warga yang menjadi korban terus menerus lari ke negara tetangga untuk menyelamatkan diri,” tutur Trump dalam wawancara tersebut, Kamis (26/1/2017).

Advertisement

Dalam suatu wawancara bersama ABC News, Trump mengatakan ia tidak ingin kesalahan tersebut berlangsung terus menerus. “Saya akan membangun zona aman bagi rakyat Suriah. Saya tidak ingin warga yang menjadi korban terus menerus lari ke negara tetangga untuk menyelamatkan diri,” tutur Trump dalam wawancara tersebut, Kamis (26/1/2017).

Dalam waktu dekat, Trump kabarnya akan menandatangani sebuah dokumen resmi berisi perintah perancangan zona aman Suriah kepada Pentagon dan Kementerian Luar Negeri AS. Ia sadar betul, langkahnya ini berisiko meningkatkan ketegangan militer di Suriah. Guna mengantisipasi hal tersebut, Kementerian Pertahanan AS telah menyiagakan sejumlah pasukan untuk berjaga 90 hari selama zona aman itu dibangun.

Dokumen itu berisi penjabaran tentang perlunya pembangunan zona aman bagi masyarakat Suriah. Sayangnya, dokumen itu tidak menjelaskan lebih lanjut mengenai perincian wilayah pembangunan dan sistem keamanannya.

Advertisement

Selama ini, warga Suriah yang menjadi korban perang selalu mengungsi ke negara tetangga seperti Yordania dan Turki. Namun, kabarnya evakuasi korban perang berkepanjangan ini lama kelamaan membuat kedua negara itu gerah. Oleh sebab itu, Trump memberanikan diri menyerukan pembangunan zona aman sebagai solusi bagi krisis berkepanjangan itu.

Seruan Trump membangun zona aman dianggap sebagai kebijakan yang cukup besar. Pasalnya, kebijakan ini juga mengatur larangan bagi sebagian pengungsi yang hendak ke AS dengan menunda penerbitan visa bagi warga Suriah, enam negara Timur Tengah, dan Afrika lain yang dianggap menimbulkan ancaman.

Sebenarnya, wacana pembangunan zona aman itu telah ada sejak pemerintahan Barack Obama. Namun, Obama tak mau mengambil risiko karena khawatir akan terjerumus lebih jauh dalam perang saudara di Suriah. Selain itu, sejumlah pejabat AS telah memperingatkan pembuatan zona larangan terbang bagi warga Suriah akan membutuhkan biaya besar. Sebab, perlu adanya tambahan sumber daya lain yang harus dipersiapkan untuk memerangi kaum militan.

Advertisement

Akan tetapi, selama masa kampanye, Trump terus menyerukan pembuatan zona larangan terbang guna mencegah warga Suriah masuk ke Amerika Serikat. Ia bahkan menuding Obama telah gagal menyaring imigran Suriah yang terlanjur berada di Amerika Serikat. Menurutnya, pemerintah harus memeriksa identitas imigran itu secara teliti, apakah mereka termasuk kelompok militan atau tidak.

Kini, beberapa anggora parlemen dari Partai Republik telah mendukung keputusan Trump membangun zona aman guna melindungi warga sipil yang berusaha melarikan diri dari konflik akibat serangan pasukan militer Bashar Al Assad. Hal ini juga dimaksudkan untuk melindungi warga AS dari serangan kaum militan yang menyamar sebagai imigran.

(Chelin Indra Sushmita/JIBI/Solopos.com)

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif