Jogja
Rabu, 25 Januari 2017 - 12:55 WIB

Peredaran Daging Sapi Glonggongan di DIY Kian Meluas

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - ilustrasi (JIBI/Harian Jogja)

Peredaran daging sapi glonggongan di DIY diduga meluas

Harianjogja.com, BANTUL–Peredaran daging glonggongan dan tidak layak konsumsi di Bantul meningkat. Jika dua tahun lalu, angka persebaran daging tersebut tak lebih dari 30%, tahun ini diperkirakan angkanya mencapai 40-50%.

Advertisement

Hal itu disampaikan oleh Ketua Persatuan Pengusaha Daging Sapi (PPDS) Ilham Ahmadi. Kepada Harianjogja.com, ia mengatakan daging-daging yang berasal dari luar DIY itu kini mulai merangsek masuk ke pasar-pasar tradisional berskala kecil.

Di pasaran, daging-daging itu dijual dengan harga di bawah standar. Itulah sebabnya, ia khawatir hal itu akan membuat konsumen tergiur. “Padahal kualitasnya dipertanyakan,” katanya, Selasa (24/1/2017) pagi.

Untuk itu, ia menyayangkan lemahnya pengawasan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bantul. Menurutnya, pengawasan itu seharusnya bisa menjadi filter utama dalam menyaring kualitas daging dari luar Bantul. “Tapi nyatanya seperti ini, itu artinya pengawasan pemerintah kan juga masih perlu dipertanyakan,” keluhnya.

Advertisement

Dibenarkan pula oleh Slamet, salah satu pedagang daging sapi di Pasar Bantul. Saat ditemui di los miliknya, ia membenarkan adanya peredaran daging itu di Pasar Bantul. “Saya yakin di pasar lain pun demikian,” ucapnya, Senin (23/1/2017) lalu.

Diakuinya sendiri, beberapa bulan lalu ia sempat didatangi oleh seorang pemasok daging asal Boyolali. Ketika itu, dirinya sempat ditawari daging dengan harga jauh di bawah standar.

Jika daging lokal biasa ia jual dengan Rp115.000 per kilogram, daging dari Boyolali itu cuma berharga Rp60.000 per kilogram. Perbedaan harga yang terlampau jauh itu sontak membuatnya curiga. “Kalau kualitas sama, mana mungkin dijual dengan harga serendah itu. Belum lagi, daging itu didatangkan dari jauh,” katanya.

Advertisement

Dengan kondisi perdagangan daging sapi yang kini tengah lesu, daging murah itu seharusnya bisa menjadi ladang pendapatan bagi pedagang. Tapi, dengan alasan kesehatan, ia pun mengurungkan niatnya itu.

“Memang dua pekan terakhir sedang sepi [penjualan daging sapi]. Biasanya saya bisa jual 30 kilogram per hari, sekarang ini bahkan tak sampai 10 kilogram saja,” gerutunya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif