Jatim
Minggu, 22 Januari 2017 - 20:05 WIB

KISAH TRAGIS : Pemuda Ponorogo Ini Terpaksa Utang demi Pengobatan Kanker Otak Ibunya

Redaksi Solopos.com  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Arif Pujiono seorang diri merawat ibunya yang terkena penyakit kanker otak dan adiknya yang mengidap polio di rumahnya, Kamis (19/1/2017). (Abdul Jalil/JIBI/Madiunpos.com)

Kisah tragis, Arif Pujiono yang menjadi tulang punggung keluarganya membutuhkan bantuan untuk pengobatan ibunya.

Madiunpos.com, PONOROGO — Keluarga Arif Pujiono membutuhkan bantuan untuk mengobati ibu yang sakit kanker otak dan perawatan adiknya yang mengidap polio.

Advertisement

Setiap pekan Arif membutuhkan uang sekitar Rp500.000 untuk transportasi pengobatan ibunya di RSUD dr. Soedono, Madiun. Arif Pujiono, 23, menjadi tulang punggung di keluarga itu setelah ayahnya meninggal dunia beberapa tahun lalu. (Baca juga: Pemuda Ponorogo Ini Hidupi Ibu Penderita Kanker dan Adiknya yang Polio)

Arif tak hanya harus mencari uang untuk makan ibu dari adiknya tapi juga harus membiayai pengobatan ibunya yang sakit kanker otak dan adiknya yang mengidap polio. Saat ini Arif yang lulusan SLTA di Ngebel itu bekerja sebagai buruh penambang pasir dengan upah Rp50.000/hari.

Arif mengatakan setelah kanker otak yang diderita ibunya dioperasi Desember 2016, kini ibunya harus periksa sepekan sekali di RSUD dr. Soedono Madiun. Untuk biaya kontrol memang gratis karena menggunakan BPJS Kesehatan. Namun, biaya transportasi untuk menuju ke rumah sakit yang mahal.

Advertisement

Setidaknya dalam sekali jalan ke Madiun dibutuhkan uang senilai Rp500.000 untuk menyewa mobil dan membeli bahan bakarnya. Karena kondisi ibunya itu tidak memungkinkan ketika untuk naik angkutan umum atau sepeda motor.

“Saya setiap pekan harus menyediakan uang Rp500.000 untuk biaya kontrol Ibu. Kalau biaya kontrolnya gratis,” kata dia saat dihubungi Madiunpos.com, Minggu (22/1/2017).

Dengan penghasilan yang pas-pasan sebagai buruh penambang pasir, setiap pekannya Arif harus utang sana sini untuk keperluan pengobatan ibunya itu. Namun, terkadang ada beberapa komunitas sosial yang memberikan bantuan kepada dirinya.

Advertisement

Dia mengatakan hanya bisa menjadi buruh serabutan di tambang pasir karena kondisi ibu dan adiknya membutuhkan perawatan maksimal. Arif juga harus menyuapi makan dan memandikan adiknya yang hanya bisa terbaring di tempat tidur karena penyakit polio yang dideritanya.

“Saya sebenarnya ingin bekerja di luar kota yang penghasilannya besar supaya bisa memenuhi kebutuhan keluarga. Tetapi, melihat kondisi ibu dan adik, saya tidak tega meninggalkan mereka,” jelas Arif.

Dia mengatakan mengenai kondisi adiknya selama ini belum ada bantuan pengobatan dari pemerintah setempat. Penyakit polio itu diderita adiknya sejak lahir dan hingga kini berusia 16 tahun belum juga sembuh.

Arif berharap pemerintah bisa memperhatikan nasib keluarganya dengan memberikan bantuan untuk biaya pengobatan ibu dan adiknya. “Saya di keluarga ini menjadi satu-satunya yang diharapkan. Sedangkan pekerjaan saya cuma buruh serabutan dengan upah pas-pasan. Saya hanya ingin melihat ibu dan adik sehat dan sembuh dari penyakitnya,” terang dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif