Jateng
Minggu, 22 Januari 2017 - 22:50 WIB

BANJIR KUDUS : Tanaman Semusim di Pegunungan Kendeng Picu Banjir Bandang

Redaksi Solopos.com  /  Rahmat Wibisono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi luapan air banjir (Onlyhdwallpapers.com)

Banjir Kudus diduga disebabkan penanaman tumbuhan semusim di Pegunungan Kendeng.

Semarangpos.com, KUDUS — Bencana banjir yang melanda Kudus diduga disebabkan penanaman tumbuhan semusim di hutan Pegunungan Kendeng, Jawa Tengah (Jateng). Atas asumsi itu, sukarelawan penyelamat Gunung Kendeng asal Kabupaten Kudus berencana menertibkan petani dari luar daerah yang menanam tanaman semusim di hutan Pegunungan Kendeng.

Advertisement

Menurut Camat Undaan, Kabupaten Kudus, Catur Widiyatno di Kudus, Kamis (19/1/2017), jumlah sukarelawan yang akan dilibatkan dalam penertiban itu mencapai 200-an orang. Angka itu belum termasuk tentara dan polisi yang bakal diturunkan instansi TNI dan Polri setempat.

Sebelumnya, kata dia, sudah ada pemberitahuan kepada petani dari wilayah Kabupaten Pati bahwa lokasi yang ditanami tumbuhan semusim menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya banjir bandang di kawasan Desa Wonosoco, Kecamatan Undaan, Kudus.

Untuk itu, lanjut dia, penanaman tumbuhan semusim di kawasan hutan di Pegunungan Kendeng dilarang karena mengakibatkan air hujan tidak bisa terserap ke dalam tanah, namun langsung meluncur di permukaan tanah menuju dataran rendah.

Advertisement

Akibatnya, lanjut dia, warga Desa Wonosoco yang mengalami dampak banjir, sedangkan petani dari kabupaten tetangga justru menikmati hasil tanaman tersebut. Atas permasalahan yang dialami warga Desa Wonosoco setiap tahun, lanjut dia, akhirnya pihak Perhutani Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) Grobogan melakukan penghentian kerja sama dengan petani dari Kabupaten Pati yang sebelumnya memanfaatkan lahan di bawah tegakan hutan untuk ditanami tanaman semusim, seperti tanaman jagung.

Jumlah petani penanam tumbuhan semusim di Pegunungan Kendeng saat itu, lanjut dia, sekitar 135 orang dan sejak dua tahun lalu tidak lagi menanami lahan di bawah tegakan hutan di petak III dan IV. Dampak positif yang dirasakan warga Desa Wonosoco, lanjut Catur, sejak tahun 2016, tidak lagi dilanda banjir bandang.

Akan tetapi, lanjut dia, saat ini justru muncul 400-an petani yang memanfaatkan lahan di bawah tegakan hutan di kawasan Pegunungan Kendeng untuk ditanami tanaman semusim, seperti tanaman jagung. Ia mengatakan, sasaran penertiban para relawan nantinya merupakan di petak 15 yang ditanami tanaman semusim oleh petani yang sebelumnya belum ada kerja sama dengan Perhutani KPH Grobogan.

Advertisement

“Para relawan juga akan memasang papan pengumuman bahwa di kawasan tersebut tidak boleh digunakan untuk bercocok tanam, khususnya tanaman semusim karena bisa mengakibatkan banjir bandang untuk kawasan Wonosoco,” ujarnya.

Sebagai gantinya, lanjut dia, akan diupayakan ditanami tanaman buah-buahan ketika turun hujan airnya diserap oleh akar tanaman, sehingga tidak langsung mengalir ke dataran rendah yang berpotensi mengakibatkan banjir bandang. “Kami berharap, petani asal Kabupaten Pati tersebut memahami kondisi alam sekitar serta dampak yang dialami warga Desa Wonosoco,” ujarnya.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif