Adama Barrow akan dilantik sebagai Presiden Gambia yang baru di Senegal karena situasi negaranya sedang memanas.
Solopos.com, BANJUL – Adama Barrow mengumumkan jadwal pelantikan dirinya sebagai presiden Gambia yang baru, Kamis (19/1/2017), melalui akun media sosial pribadinya. Tak seperti biasanya, kali ini ia akan dilantik di kantor kedutaan besar Gambia yang berada di Dakar, Senegal.
Dikabarkan BBC, Adama mengundang masyarakat Gambia untuk menghadiri acara pelantikan itu, Kamis, pukul 16.00 waktu setempat. Pelantikan Adama terpaksa dilakukan di Dakar, Senegal lantaran pesaingnya, Yahya Jammeh enggan turun dari jabatannya sebagai Presiden Gambia. Padahal, hasil pemilihan umum yang dilakukan pada Desember 2016 lalu secara sah dimenangkan oleh Adama.
Sikap Yahya Jammeh yang tidak mau menerima kekalahan ini membuat kondisi negara Gambia memanas. Masyarakat Ekonomi Negara-negara Afrika Barat (ECOWAS) yang terdiri dari 15 negara itu telah mendesak Jammeh untuk menghormati hasil pemilu dan menyerahkan kekuasaan pada Barrow.
Sikap Yahya Jammeh yang tidak mau menerima kekalahan ini membuat kondisi negara Gambia memanas. Masyarakat Ekonomi Negara-negara Afrika Barat (ECOWAS) yang terdiri dari 15 negara itu telah mendesak Jammeh untuk menghormati hasil pemilu dan menyerahkan kekuasaan pada Barrow.
Sayangnya, Jammeh justru bergeming dan acuh tak acuh terhadap ancaman tersebut. Guna menghadapi aksi nekat Jammeh, kabarnya parlemen Gambia, Rabu (18/1/2017), memberi keputusan untuk mengizinkannya memangku jabatan sebagai presiden selama tiga bulan ke depan.
Tetapi, Senegal dan beberapa negara Afrika lain yang tidak setuju dengan keputusan tersebut telah mempersiapkan pasukan untuk menyerang Gambia. Mereka secara tegas mengancam akan menyerang Gambia jika Jammeh bersikeras dengan keputusannya.
You are all welcome to my inauguration today 4pm at The #Gambian embassy in #Dakar.
— Adama Barrow (@BarrowOfficial1) January 19, 2017
Situasi panas di Gambia membuat Presiden Mauritania, Mohamed Abdul Aziz bersimpati dan mencoba mendatangi Jammeh untuk melakukan negosiasi. Namun, pasukan militer Senegal yang dipimpin oleh Abdou Ndiaye hanya memberinya waktu sampai tengah malam untuk bernegosiasi. Jika lewat tengah malam Jammeh tetap bersikeras dengan keputusannya, maka pasukan itu akan menggempur Gambia.
“Pasukan kami telah siap untuk menyerang. Kami akan menyerang jika Jammeh bersikeras dengan keputusannya kami akan langsung turun tangan ke Gambia,” tutur Abdou Ndiaye, seperti dilansir The Guardian, Jumat (20/1/2017).
Sampai saat ini, Jammeh bersikeras mempertahankan kedudukannya sebagai orang nomor satu di Gambia. Ia diketahui telah menjabat sebagai presiden sejak 1994 silam. Sikap Jammeh yang keras kepala itu membuat puluhan ribu warga melarikan diri dari Gambia ke Senegal untuk melindungi diri dan menyaksikan pelantikan Adama.
Kekhawatiran masyarakat akan serangan yang terjadi di Gambia membuat mereka memilih melarikan diri. Sampai Kamis,pagi, negara tersebut mendadak sepi seolah tak berpenghuni. Sampai saat ini, setidaknya telah lebih dari 26.000 warga Gambia mengungsi di Senegal untuk menyelamatkan diri.
This is the first time since the Gambia became independent in 1965 that the Gambia has changed the government through the ballot box. pic.twitter.com/UmV99FiOCS
— Adama Barrow (@BarrowOfficial1) January 19, 2017