Jatim
Kamis, 19 Januari 2017 - 23:05 WIB

KISAH TRAGIS : Pemuda Ponorogo Ini Hidupi Ibu Penderita Kanker dan Adiknya yang Polio

Redaksi Solopos.com  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Arif Pujiono seorang diri merawat ibunya yang terkena penyakit kanker otak dan adiknya yang mengidap polio di rumahnya, Kamis (19/1/2017). (Abdul Jalil/JIBI/Madiunpos.com)

Kisah tragis, seorang pemuda yatim merawat ibunya yang kena kanker otak dan adiknya yang mengidap polio.

Madiunpos.com, PONOROGO — Cobaan hidup yang dihadapi Arif Pujiono, pemuda yatim berusia 23 tahun asal Desa Pupus, Kecamatan Ngebel, Ponorogo, sungguh berat.

Advertisement

Sejak ayahnya meninggal pada 2008 silam, Arif menjadi kepala rumah tangga yang harus menanggung hidup ibu dan adiknya. Tak cukup sampai di situ, ibunya mengidap kanker otak sementara adiknya mengidap polio.

Mereka bertiga tinggal di rumah berdinding kayu dan sebagian tembok di RT 001/RW 002, Dusun Prumbon, Desa Pupus, Kecamatan Ngebel. Madiunpos.com yang datang ke rumah itu, Kamis (19/1/2017) siang, disambut tatapan kosong Rumiyatun, 43, ibunda Arif.

Advertisement

Mereka bertiga tinggal di rumah berdinding kayu dan sebagian tembok di RT 001/RW 002, Dusun Prumbon, Desa Pupus, Kecamatan Ngebel. Madiunpos.com yang datang ke rumah itu, Kamis (19/1/2017) siang, disambut tatapan kosong Rumiyatun, 43, ibunda Arif.

Tak lama kemudian, Arif membuka pintu menyambut Madiunpos.com. “Mata ibu agak terganggu, jadi penglihatannya kabur dan tidak bisa melihat dengan jelas,” kata Arif.

Arif menceritakan di keluarganya ia menjadi tulang punggung bagi ibunya, Rumiyatun, dan adiknya, Aldi Prasetyo, 16, yang hanya bisa tiduran di tempat tidur karena mengidap penyakit polio. Saat ayahnya meninggal dunia karena kecelakaan lalu lintas pada 2008, Arif baru masuk di Madrasah Aliah Sakti, Ngebel.

Advertisement

Dia menuturkan sejak lahir adiknya, Aldi Prasetyo, mengidap polio. Selama 16 tahun, Aldi hanya berbaring di tempat tidur dan tidak bisa beraktivitas selayaknya anak seusianya.

Aldi sempat dibawa ke rumah sakit dan pengobatan tradisional hingga berusia 10 tahun. Namun, karena tidak ada perkembangan, pengobatannya dihentikan.

“Adik saya tidak bisa ke mana-mana. Hanya bisa tidur di tempat tidur, makan juga harus disuapi,” jelas dia.

Advertisement

Pada akhir 2016, Rumiyatun divonis kanker otak dan pada Desember 2016, Rumiyatun menjalani operasi di bagian kepalanya. Hingga kini, setiap pekan Rumiyatun harus menjalani pemerikasaan di RSUD dr. Soedono, Madiun.

Karena penyakit yang diderita ibunya, kini Arif menjadi satu-satunya tulang punggung keluarga itu. Dalam memenuhi kebutuhannya, Arif bekerja sebagai buruh tambang pasir di wilayah Kecamatan Pulung dengan penghasilan Rp50.000 per hari.

Setiap hari, Arif bekerja menjadi buruh tambang pasir mulai pukul 06.00 WIB hingga 15.00 WIB. Setelah selesai menambang pasir, Arif beristirahat sebentar dan melanjutkan dengan mencari rumput untuk kambingnya.

Advertisement

“Saya punya empat ekor kambing. Setiap sore cari rumput untuk kambing-kambing itu,” ujar Arif.

Penghasilan Arif yang pas-pasan habis untuk kebutuhan sehari-hari keluarganya. Selain memenuhi kebutuhan hidup ibu dan adiknya itu, Arif juga memenuhi kebutuhan hidup neneknya yang juga tinggal bersamanya di rumah itu.

Di usianya yang masih muda, Arif tidak bisa menikmati hidup layaknya pemuda seumurannya. Setiap saat Arif harus merawat dan menyiapkan makanan ibu dan adiknya. Dia mengaku hanya punya waktu satu jam sehari untuk beraktivitas dengan teman-temannya.

“Saya sangat sayang mereka. Mereka keluarga saya,” kata dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif