Jogja
Kamis, 19 Januari 2017 - 12:20 WIB

Kasus Antraks di Kulonprogo Muncul sejak Oktober 2016, Warga Hanya Mengira Kena Penyakit Misterius

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi antraks (Tri Rahayu/JIBI/Solopos)

Kasus Atraks di Kulonprogo udah muncul tanda-tanda sejak Oktober tahun lalu

Harianjogja.com, KULONPROGO-Gejala dugaan penyakit antraks yang menyerang belasan warga Dusun Ngaglik, Ngroto, dan Penggung, Desa Purwosari, Kecamatan Girimulyo, Kulonprogo diketahui muncul sejak Oktober 2016. Namun, warga setempat hanya menganggapnya sebagai penyakit misterius.

Advertisement

Hal itu diungkapkan Kepala Dusun Ngaglik, Suwaryono, Rabu (18/1/2017). Warga awalnya mengalami demam dan mengeluh sakit. Setelah itu, muncul luka melepuh pada kulit tangan, menjadi bengkak, dan menghitam.

Pada bulan berikutnya, seekor sapi terlihat sempoyongan dipotong dan dagingnya dibagi-bagi kepada warga sekitar. Gejala sakit serupa kemudian juga dirasakan sejumlah warga lain yang ikut memotong sapi, termasuk yang tinggal di Dusun Ngroto dan Penggung.

Menurut Suwaryono, selama ini warga bersikap biasa saja. Tidak tahu jenis penyakit yang menyerang, mereka lalu hanya menyebutnya sebagai penyakit misterius. “Warga biasa saja, tidak menganggap itu menular. Lalu diobatkan ke bidan atau puskesmas dan sembuh,” kata Suwaryono.

Advertisement

Sapi yang ramai-ramai dipotong warga ternyata milik warga Ngaglik. Sebanyak 10 dari 16 warga yang terindikasi kena antraks juga berasal dari dusun tersebut. Satu diantaranya sudah meninggal dunia pada awal Januari kemarin.

Korban adalah pria berusia lanjut yang diketahui ikut dalam pemotongan sapi. Suwaryono menilai luka melepuh yang dialami korban lebih parah dibanding warga lain karena cukup merata pada bagian tangan.

Walau begitu, Suwaryono tidak bisa memastikan jika korban meninggal karena antraks. Hal itu karena korban sudah sembuh dari gejala penyakit misterius setelah berobat seperti warga lain. Namun, kesehatannya kembali memburuk pada akhir tahun lalu sehingga dirawat di rumah sakit.

Advertisement

“Dirawat di Wates sekitar 10 hari sebelum akhirnya meninggal dunia. Kondisinya memang sudah sepuh. Saya rasa itu penyebab meninggalnya,” tutur dia.

Suwaryono lalu mengatakan, warga lain yang sempat mengalami gejala penyakit serupa sudah sembuh dan beraktivitas seperti biasa. Warga juga telah menerima layanan pengobatan dan penyuluhan kesehatan dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kulonprogo. Penyemprotan desinfektan dilakukan di sekitar kandang ternak dan rumah warga. Vaksinasi pun diberikan kepada hewan ternak milik warga setempat.

Seorang warga Ngaglik, Giyanto menyatakan mengalami demam dan kulit jari manisnya terasa seperti terbakar pada dua hari paska ikut pemotongan sapi. Dia sempat berobat ke bidan di dekat rumah tapi obat yang diberikan tidak mempan. Padahal jarinya mulai bengkak dan menghitam. Dia lalu memeriksakan diri ke Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Nanggulan.

Namun, Giyanto tetap mengaku belum tahu soal jenis penyakit yang dialami. Dia juga tidak mendapatkan penjelasan apapun dari dokter yang memeriksa dan merawatnya. “Setelah diobati di sana, ya pelan-pelan sembuh,” ungkap dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif