Insiden ini terjadi di dekat perbatasan Nigeria dan Kamerun.
Solopos.com, ABUJA — Jet tempur Angkatan Udara Nigeria dilaporkan tak sengaja mengebom kamp pengungsian dan tercatat menewaskan sebanyak 52 orang. Dari insiden yang terjadi di timur laut Rann, dekat dengan perbatasan Kamerun ini, setidaknya 120 orang lainnya mengalami luka-luka.
Diwaerakn ITV, Rabu (18/1/2017) dari total korban tewas, diketahui enam di antaranya merupakan petugas Komite Palang Merah Internasional. Pihak Komite Palang Merah Internasional menyebutkan, anggotanya yang tewas merupakan anggota yang bertugas dalam distribusi makanan bagi sekira 25 ribu pengungsi. Sedangkan di antara korban luka, dua orang di antaranya merupakan dokter lintas batas.
Pemboman tersebut dilaporkan merupakan aksi salah sasaran. Saat kejadian, pesawat militer Nigeria diketahui tengah dalam misi melawan kelompok ekstrimis Boko Haram. Kesalahan fatal yang melibatkan pasukan militer tersebut dipercaya bukanlah kesalahan pertama yang pernah dilakukan oleh Militer Nigeria.
Komandan Militer Mayor Jenderal, Lucky Irabor mengatakan, pemboman dilakukan berdasarkan sistem pelacakan dimana kelompok ekstrimis Boko Haram berada, Ia menolak secara tegas terkait adanya tuduhan yang menyebut, jika pemboman tersebut merupakan kesalahan taktis yang sengaja dibuat.
Sementara itu, perwakilan Médecins Sans Frontièrs atau Dokter Lintas Batas (MSF), menyatakan kesalahan tersebut tidak bisa ditolerir dengan alasan apapun.
“Ini adalah serangan besar-besaran pada masyarakat yang susah payah mencari perlindungan dari tindakan kelompok ekstrimis. Ini peristiwa yang sangat mengejutkan dan tidak bisa diterima! Keamanan warga sipil harus dihormati,” ujar Direktur Operasional MSF Dr Jean-Clément Cabrol.
Kamp pengungsian di Rann diketahui menampung masyarakat Nigeria yang menjadi korban aksi militan kelompok Boko Haram untuk mendapatkan perlindungan dan keamanan. Pemerintah setempat hingga kini masih melakukan upaya evakuasi pada korban selamat maupun tewas.
“Selain itu, kami juga menyerukan semua pihak dan membantu pemerintah untuk memastikan fasilitas evakuasi medis bisa melalui jalur udara dan darat guna melakukan perawatan darurat,” tambah Jean.