Jogja
Senin, 16 Januari 2017 - 15:55 WIB

TOLERANSI BERAGAMA : Mengenal Lebih Dekat Yulius Suharta, Camat Pajangan yang Sempat Ditolak karena Keyakinan

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Camat Pajangan, Yulius Suharta [kanan] saat bercengkrama dengan sejumlah warga Dusun Kayen, Desa Sendangsari, Kecamatan Pajangan usai melakukan program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), Jumat (13/1/2017). (Irwan A. Syambudi/JIBI/Harian Jogja)

Toleransi beragama di Bantul ternoda dengan adanya kasus penolakan warga terhadap seorang camat

Harianjogja.com, BANTUL– Yulius Suharta,49, tak pernah menyangka bahwa penunjukan dirinya menjadi Camat Pajangan akan menuai penolakan sebagian warga karena alasan keyakinan. Namun hal itu tak mengurangi niatnya untuk mengabdi kepada masyarakat.

Advertisement

Pernah bekerja di rumah sakit dan menghabiskan masa kecil dengan teman-teman yang berbeda keyakinan telah mengajarkannya arti kemanusiaan dan toleransi.

Masa kanak-kanak adalah masa dimana Yulius Suharta merasakan indahnya toleransi. Tak ada yang mengungkit perihal keyakinannya sebagai pemeluk agama Kristen, meskipun mayoritas teman sepermainannya memeluk agama Islam.

Advertisement

Masa kanak-kanak adalah masa dimana Yulius Suharta merasakan indahnya toleransi. Tak ada yang mengungkit perihal keyakinannya sebagai pemeluk agama Kristen, meskipun mayoritas teman sepermainannya memeluk agama Islam.

“Dulu saya malah diajak teman-teman jaburan [berbuka puasa] saat bulan puasa,” ujarnya.

Selain itu tak jarang pula dia belajar bersama teman-temannya di emperan masjid ketika sore tiba. Sama halnya ketika duduk di bangku sekolah dasar, jika guru agama Kristen sedang tidak hadir dia akan tetap tinggal di kelas bersama dengan teman-teman muslimnya belajar agama. Hal kecil itu membuatnya terkenang akan sebuah kebersamaan yang tanpa membedakan latar belakang dan keyakinan.

Advertisement

Usai mendatangi kantor DPRD Bantul, penolakan warga masih bergulir, sebagian warga bersama dengan sejumlah Fraksi di DPRD kemudian melakukan audiensi dengan Bupati pada Senin (9/1/2017). Usulan disampaikan namun Bupati tetap kepada keputusannya.

“Saya tidak mau diintervensi oleh golongan tertentu,” kata Bupati, Suharsono sehari usai audiensi.

Bupati berkendak agar Yulius tetap menjadi Camat Pajangan dan tidak akan memindahkan dia ke posisi lain dalam waktu dekat. Pemilihannya terhadap Yulius merupakan murni berdasarkan kinerja dan tidak ada alasan lain, apa lagi membedakan berdasarkan agama. Sehingga menurutnya tidak mungkin memindahkan pejabat yang belum mulai bekerja.

Advertisement

Pernyataan Bupati menjadi pegangan bagi Yulius untuk tetap bekerja. Jumat (13/1/2017) adalah hari kelima Yulius Suharta harus pulang pergi dari rumahnya di Perumahan Tamantirto Asri I, Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan ke Kantor Kecamatan Pajangan.

Dia resmi menjadi Camat Pajangan setelah dilantik pada 30 Desember 2016 dan telah melakukan serah terima jabatan pada 6 Januari 2017. “Saya sudah ngantor sejak Senin [9/1/2017],” ujar Yulius.

Perjalanan karir Yulius sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebenarnya nyaris sempurna. Usai mendapatkan gelar sarjana dari Jurusan Sosiatri, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Gadjah Mada pada 1996 dirinya mendaftar sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil. Yulius kemudian resmi diangkat PNS sebagai staf di Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Bantul.

Advertisement

Medio 2000 hingga 2007 dia kemudian menjabat sebagai Kepala Seksi Pemerintahan di Kecamatan Pandak. Lahir dan besar di Desa Gilangharjo, Kecamatan Pandak membuatnya cukup paham dengan kondisi masyarakat di tempatnya bekerja itu. Namun tak lama berselang dia dipindah ke Inspektorat.

Hingga kemudian pada 2009, Yulius ditempatkan di Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati menjadi Kepala Bagian Pengembangan. Merasa perlu menambah ilmu di bidang pengembangan, Yulius kemudian memutuskan untuk melanjutkan strata II di bidang psikologi. Dia mendapatkan gelar tersebut di Universitas Mercubuana.

Usai mendapatkan gelar, karirnya pun ikut menanjak. Pada 2013 dia resmi menjabat sebagai Wakil Direktur Keuangan RSUD Panembahan Senopati hingga 2016.

Total tujuh tahun yulius bekerja di kecamatan dan tujuh tahun pula dia bekerja di rumah sakit. Pengalaman kerjanya itu diakuinya sebagai bekal terbesar dalam kehidupan dan karirnya. Di rumah sakit dia merasa telah diajarkan nilai-nilai kemanusiaan yang luhur.

“Hal yang dikedepankan di rumah sakit kan kemanusiaan. Ketika pasien datang dia tidak pernah dilihat latar belakanganya dari mana dan keyakinanya apa,” ungkapnya.

Bagi pria kelahiran 21 Juli 1967 itu rasa kemanusiaan tumbuh dan berkembang di dalam dirinya, dari rumah sakit dia merasa telah belajar bagaimana memperlakukan orang lain sebagimana manusia. Di menyebut itu sebagai handarbeni antar sesama, yang berarti rasa saling memiliki.

Dia mencoba mempraktekan pengalamannya, Jumat (13/1/2017) pagi Yulius mendampingi puluhan warga Dusun Kayen, Desa Sendangsari untuk melakukan kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Dia nampak berusaha menjalin kebersamaan terhadap warga, sekaligus memperkenalkan diri sebagai camat baru.

Warga menyambut, usai berkeliling membersihkan sarang nyamuk, kudapan ala kadarnya disajikan di emperan salah satu rumah warga. Yulius dan puluhan warga bercengkrama, baru sekali itu kegiatan PSN dihadiri langsung oleh camat. “Baru kali ini kegiatan PSN langsung dihadiri Pak Camat,” ungkap, Kepala Dusun Kayen, Rusmidi.

Adanya penolakan sebagain warga dan golongan tertentu terhadap penunjukan Yulius tak dipersoalkan oleh Rusmidi. Bagi dia siapapun camatnya asalkan memiliki kinerja yang baik akan dia dukung.

“Camat itu dari agama apapun saya tidak masalah, yang kami atau masyarakat butuhkan itu adalah kinerjanya. Menyangkut keyakinan itu sudah urusan masing-masing orang,” kata dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif