Sport
Senin, 16 Januari 2017 - 00:00 WIB

PERSIS SOLO : Soal Pengelolaan Klub: Belum Ada Titik Temu!

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Baihaqi  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pemain Persis melakukan latihan di stadion Sriwedari, Solo, Rabu (27/7). (JIBI/SOLOPOS/ Sunaryo Haryo Bayu)

Persis Solo belum melakukan persiapan untuk kompetisi Divisi Utama.

Solopos.com, SOLO — Menjelang bergulirnya kompetisi Divisi Utama 20 Maret 2017 mendatang, persiapan klub Persis Solo dipastikan molor. Pasalnya, dalam pertemuan antara PT Persis Solo Saestu (PSS) dan PT Sayahdana Properti Nusantara di Rumah Dinas Loji Gandrung, Solo, Jumat (13/1/2017) malam, hanya memastikan klub berjuluk Laskar Sambernyawa itu mendaftarkan diri untuk ikut kompetisi liga nasional kasta kedua itu.

Advertisement

Hal itu menyusul ketersediaan Wali Kota Solo, F.X. Hadi Rudyatmo membubuhkan tanda tangan sebagai ketua umum klub Persis Solo. Persetujuan tersebut sebagai syarat utama klub anggota PSSI agar bisa berpartisipasi di kompetisi nasional. Namun, pria yang akrab disapa Rudy itu enggan menandatangani dokumen lainnya yang berisi struktur manajemen PT PSS sebagai pengelola klub kebanggan Wong Solo. Pihaknya menyerahkan keputusan terkait posisi-posisi di manajemen ada pada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) PT PSS.

Secara otomatis persiapan klub Persis Solo, belum bisa dilakukan karena masih tersandera legalitas. Dalam pertemuan tersebut, persoalan mengenai pengelolaan klub, besaran saham, dan struktur manajemen PT PSS belum menghasilkan titik temu. Sehingga diputuskan akan dilakukan pertemuan lanjutan. Sebagai Ketua Umum Persis Solo, Rudy mengagendakan pertemuan dengan bos SPN, Sigit Haryo Wibisono, di Jakarta, Senin (16/1/2017) nanti, untuk membicarakan kejelasan manajerial Persis Solo.

Pihaknya berharap polemik terkait pengelolaan Persis segera jelas dan langsung fokus pada pembentukan tim menyambut kompetisi Divisi Utama yang sudah di depan mata. Rudy juga menjelaskan kepala daerah dipernbolehkan menjadi ketua umum klub sepak bola, tetapi tidak diperbolehkan menjadi ketua umum Asosisasi Kota (Askot) PSSI.

Advertisement

“Sebetulnya ini sudah dibentuk jauh-jauh hari, namun karena kemarin dinotariskan dan disahkan secara hukum saya masih ditunjuk sebagai ketua umum klub, bukan asosiasi sepak bola kota. Karena ini persyaratan ya suka-tidak suka harus saya tanda tangani dulu. Nanti kalau mau mengganti ketua umum Persis Solo ya dilakukan rapat umum pemegang saham [RUPS]. Yang penting Persis Solo ikut kompetisi dulu. Setelah ini ketua umum klub bersama-sama dengan PT akan memilih pelatih,” terang Rudy.

Dia juga sempat menanggapi penunjukan tim pelatih yang dialkukan oleh Komisaris PT PSS sekaligus Direktur PT SPN, Dedi M Lawe, beberapa waktu lalu. Widyantoro kembali ditunjuk sebagai pelatih kepala, dibantu dua asistennya yakni Sri Widadi dan Abdul Hafid Djamado. Sementara pelatih kiper dipercayakan kepada I Komang Putra, dibantu pelatih fisik Sofi Imam Faisal.

Penunjukkan tim pelatih, lanjut dia, seharusnya melibatkan Ketua Umum klub. “Hla sopo sing weruh? Persyaratan yang harus dilakukan ya ketua umum klub harus dilibatkan dalam memilih pelatih, pemain dan lainnya,” ujarnya.

Advertisement

Sementara itu, masih terjadi perdebatan di jajaran manajemen antara PT PSS dengan investor utama klub yakni PT Syahdhana Properti Nusantara (SPN) di dalam audiensi Jumat malam. Perwakilan SPN yang dimotori Dedi M Lawe, membeberkan kronologis bentuk kesepakatan antara SPN dan PT PSS melalui dua kali RUPS.

Segala bentuk kesepakatan dibuktikannya dalam dokumen memorandum of understanding (MoU), yang ditandangani oleh masing-masing pihak. Meski begitu CEO PT PSS, Paulus Haryanto, bersama dengan Mantan Komisaris PT PSS, Heru Wibowo, tetap berpendapat PT PSS bukanlah pengelola klub. Sebab PT PSS didirikan hanya untuk membesarkan klub Persis Solo, bukan untuk mengelola.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif