News
Minggu, 15 Januari 2017 - 17:00 WIB

"Perang" di Medsos Sepanjang Debat Pilkada Jakarta, Ini yang Unggul

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat, Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni, dan Anies Baswedan-Sandiaga Uno saat Debat Pilkada Jakarta di Hotel Bidakara, Jakarta, Jumat (13/1/2016). (JIBI/Solopos/Antara/M Agung Rajasa)

Debat Pilkada Jakarta diiringi perang kata-kata netizen di media sosial. Berikut hasil analisisnya.

Solopos.com, JAKARTA — Debat resmi pertama calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta, Jumat (13/1/2017) malam, menunjukkan “perang” ketiga kubu di dunia maya. Debat itu berlangsung cukup panas karena diwarnai saling serang antara ketiga pasangan calon.

Advertisement

Saling serang rupanya tidak hanya terjadi di panggung debat Komisi Pemilihan Umum (KPU) DKI Jakarta. Para pendukung juga aktif saling menyerang pasangan calon lain melalui akun media sosial, seperti Twitter, Path, dan Instagram. Perang di jagat dunia maya itu diprediksi belum akan berakhir setidaknya hingga pemungutan suara Pilkada Jakarta 2017 pada 15 Februari 2017.

Para netizen, sebutan masyarakat dunia maya, terus memobilisasi kekuatan pengaruh di media sosial dengan banjirnya konten berupa teks, meme, infografis, maupun video yang diamplifikasi para pendukung ketiga pasangan calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta. Mulai dari prestasi, jawaban para kandidat saat debat, gestur, hingga tampilan fisik para kandidat saat debat jadi perbincangan.

Lembaga yang menganalisis percakapan politik di dunia maya, Politicawave, mencatat dukungan netizen menunjang kemenangan di kompetisi politik. Contohnya adalah Pilkada Jakarta 2012 lalu, saat pasangan Jokowi dan Basuki Tjahaja Purnama (Jokowi-Ahok) berhasil menarik dukungan masyarakat melalui dunia maya.

Advertisement

Saat itu, lebih dari 500.000 akun yang membincangkan Jokowi-Ahok. Tidak aneh, menurut Politicawave, jika pasangan ini akhirnya mengalahkan petahana Fauzi Bowo. Netizen kembali unjuk gigi pada Pilpres 2014. Jokowi-Jusuf Kalla (JK) sempat diprediksi kalah oleh sejumlah lembaga survei, namun Politicawave berpendapat sebaliknya berdasarkan percakapan di dunia maya. Jokowi-JK pun mengungguli Prabowo-Hatta Rajasa.

Dari dua peristiwa politik itu, Politicawave menyimpulkan bahwa kandidat yang paling banyak diperbincangkan dan mendapat sentimen negatif paling sedikit di dunia maya berkesempatan besar menjadi pemenang kontestasi pemilihan umum.

Sepanjang debat pada akhir pekan kemarin, Politicawave mencatat pasangan Ahok dan Djarot Saiful Hidayat paling banyak diperbincangkan di Twitter dengan 23.441 percakapan. Diikuti oleh Anies-Sandiaga dengan 17.715 percakapan, dan Agus Yudhoyono dan Sylviana Murni dengan 4.112 percakapan.

Advertisement

Meski percakapan Ahok-Djarot berada di peringkat pertama, perbincangan tersebut terbelah antara yang bernada positif dan negatif. Bahkan dari enam segmen debat tersebut, Ahok-Djarot cenderung lebih banyak mendapatkan sentimen negatif. Pasangan nomor urut satu, Agus-Sylvi yang paling sedikit diperbincangkan, memperoleh sentimen positif lebih banyak.

Sementara Anies-Sandiaga mendapatkan tanggapan positif netizen hingga segmen keempat debat. Secara berurutan, pada segmen kelima dan keenam, Anies-Sandiaga hanya mendapatkan tanggapan positif 33% dan 12% dari percakapan tentang mereka di Twitter. Sebanyak 67% dan 88% adalah percakapan berdana negatif terhadap Anies-Sandiaga.

Jawaban Anies pada segmen kelima dan keenam menjadi satu penyebabnya. Netizen menganggap jawaban Anies lebih cocok sebagai pengajar yang kerap menyinggung pendidikan dan filosofi kehidupan.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif