Soloraya
Sabtu, 14 Januari 2017 - 06:00 WIB

PENDIDIKAN SRAGEN : Netizen Kecam Guru Permalukan Siswi SMP 1 Masaran

Redaksi Solopos.com  /  Rini Yustiningsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Respons netizen soal kasus SMP 1 Masaran, Sragen (Facebook/Solopos)

Pendidikan Sragen kasus di SMPN 1 Masaran dikecam netizen.

Solopos.com, SRAGEN – Netizen ramai mengomentasi kasus siswi Kelas VII SMPN 1 Masaran, AK, yang merasa dipermalukan gurunya di hadapan teman-teman sekelas. AK kini menolak masuk sekolah.

Advertisement

Berdasarkan pantauan Solopos.com, Jumat (13/1/2017), netizen di grup Facebook Kumpulan Wong Sragen (KWS) dan fanpage Facebook Solopos, memberikan komentar. Pada masing-masing postingan lebih dari 50 netizen memberi komentar dan puluhan lain membagikan berita tersebut.

Kasus AK bermula dari ketika dia menerima surat edaran dari Komite Sekolah saat mengambil rapor pada Desember 2016. Surat edaran itu berisi permohonan sumbangan guna menunjang program pembangunan sehubungan ditunjuknya SMP N 1 Masaran sebagai Sekolah Adiwiyata 2017. Dalam surat edaran itu setiap murid harus menyumbang sebesar Rp277.000.

Advertisement

Kasus AK bermula dari ketika dia menerima surat edaran dari Komite Sekolah saat mengambil rapor pada Desember 2016. Surat edaran itu berisi permohonan sumbangan guna menunjang program pembangunan sehubungan ditunjuknya SMP N 1 Masaran sebagai Sekolah Adiwiyata 2017. Dalam surat edaran itu setiap murid harus menyumbang sebesar Rp277.000.

“Pada Sabtu [7/1/2017], saya datang ke sekolah untuk membayar sumbangan itu. Saya ditemui beberapa guru. Saat itu, saya minta kuitansi sebagai bukti pembayaran. Akan tetapi, saya tidak dikasih kuitansi itu dengan alasan mereka hanya diminta tolong komite untuk mengumpulkan uang tanpa diberi kuitansi. Karena tidak dikasih kuitansi, saya urung membayar sumbangan itu. Saat itu, anak saya yang sedang belajar di kelas malah dipanggil menghadap guru itu,” terang Joko Purwanto, 37, ayah AK saat ditemui Solopos.com di rumah orang tuanya di Masaran, Kamis (12/1/2017).

Pada Rabu (11/1/2017), seorang guru perempuan pengampu mata pelajaran Pendidikan Bahasa Jawa sedang mengisi kegiatan belajar mengajar (KBM) di kelas AK. Di sela-sela KBM si guru meminta para siswa menyetor sumbangan dana tersebut.

Advertisement

AK hanya terdiam saat mendengar sindiran tersebut, namun saat pulang sekolah air matanya tumpah dan dia menolak untuk bersekolah karena malu.

Sebagian besar netizen yang mengomentari tautan berita ini mengecam tindakan guru tersebut. Menurut beberapa netizen, meminta kuitansi adalah hal yang wajar untuk menjadi bukti pembayaran agar tidak ada yang dirugikan dikemudian hari.

Kalo memang bnr tidak sepantasnya oknum guru seperti itu. Wali murid ini memang benar segala bentuk pedanaan di sekolah wajib ada tanda bukti penyerahan, th 2017 kok msh ada model oknum guru sprti itu. Soalnya ini fakta yg sudah saya alami, dulu prnh ada iuran dana ke sekolah dan saya tidak di kash kwitansi, hasilnya saya di mintai lagi iuranya katanya belum byar,” ungkap akun Arief Sano Evolution.

Advertisement

Ada seorang netizen yang menyarankan adanya hukuman bagi guru yang menyindir AK. Menurutnya apa yang dilakukan guru tersebut sudah menghancurkan mental seorang mudir.

Tidak sepantasnya seorang guru ngomong seperti itu apapun alasannya guru itu harus di kasih sangsi… Itu guru tidak bentuk mental tapi menghancurkannya mental… Tolong ini jgn cuma jadikan pelajaran tapi beri sangsi pada guru yg bersangkutan klu guru itu emang benar berkelakuan demikian dinas pendidikan tolong di perhatikan,” tulis akun Wasy Handoyo.

 

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif