Soloraya
Jumat, 13 Januari 2017 - 21:15 WIB

PENDIDIKAN SRAGEN : Siswi SMP Dipermalukan Gurunya Memilih Pindah Sekolah

Redaksi Solopos.com  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Joko Purwanto, 37, ayah dari AK, 13, menunjukkan surat edaran terkait permohonan sumbangan dana untuk program Sekolah Adiwiyata di SMPN 1 Masaran. Foto diambil di rumah orang tua Joko di Masaran, Kamis (12/1/2017). (Moh. Khodiq Duhri/JIBI/Solopos)

Pendidikan Sragen, siswi SMPN 1 Masaran yang dipermalukan gurunya di kelas akhirnya memilih pindah sekolah.

Solopos.com, SRAGEN — Siswi SMPN 1 Masaran, Sragen, AK, yang dipermalukan gurunya di depan teman-teman sekelasnya, Rabu (11/1/2017) lalu, akhirnya memutuskan pindah ke sekolah lain.

Advertisement

Ayah AK, Joko Purwanto, 37, mengaku sudah mencarikan sekolah swasta untuk anaknya karena meski sudah dibujuk AK tetap tidak mau kembali bersekolah di SMPN 1 Masaran. AK sudah kepalang malu sehingga dia tidak mau lagi bersekolah di SMPN 1 Masaran. (Baca juga: Dipermalukan di Kelas, Siswi SMP Emoh Sekolah)

Joko mengakui sudah ada perwakilan SMPN 1 Masaran yang datang ke rumahnya. Namun, saat mereka datang, dia sedang tidak berada di rumah karena sedang mencari sekolah baru yang bisa menampung anaknya.

“Saya sudah mendatangi salah satu sekolah swasta. Rencananya, anak saya akan belajar di sana. Makin cepat makin baik supaya dia bisa segera belajar lagi,” ucap Joko kepada Solopos.com, Jumat (13/1/2017).

Advertisement

Sebagaimana diinformasikan, AK dipermalukan gurunya di kelas gara-gara belum membayar iuran untuk pembangunan sarana dan prasarana guna mendukung program Sekolah Adiwiyata. Ayah AK sebenarnya sudah datang ke sekolah untuk membayar iuran tersebut pada Sabtu (7/1/2017).

“Pada Sabtu, saya datang ke sekolah untuk membayar sumbangan itu. Saya ditemui beberapa guru. Saat itu, saya minta kuitansi sebagai bukti pembayaran. Akan tetapi, saya tidak dikasih kuitansi itu dengan alasan mereka hanya diminta tolong komite untuk mengumpulkan uang tanpa diberi kuitansi. Karena tidak dikasih kuitansi, saya belum membayar sumbangan itu. Saat itu, anak saya yang sedang belajar di kelas malah dipanggil menghadap guru itu,” terang Joko Purwanto, 37, ayah dari AK saat ditemui Solopos.com di rumah orang tuanya di Masaran, Kamis (12/1/2017).

Kepala Bidang (Kabid) Pendidikan SMP Disdikbud Sragen, Hadi Sutopo, kepada Solopos.com seusai mendatangi SMPN 1 Masaran, Jumat, mengatakan SMPN 1 Masaran seharusnya menyediakan kuitansi sebagai bukti pembayaran sumbangan penunjang program Sekolah Adiwiyata tersebut. Sutopo juga meminta perwakilan sekolah mendatangi rumah AK.

Advertisement

“Saya minta sekolah dan komite bisa home visit untuk meminta maaf kepada siswa itu. Kami minta mereka membujuk dia untuk kembali bersekolah karena guru itu tidak ada maksud untuk melecehkan siswa,” jelas Sutopo.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif