News
Rabu, 11 Januari 2017 - 10:10 WIB

KRISIS ROHINGYA : Sekitar 65.000 Warga Rohingya Eksodus ke Bangladesh

Redaksi Solopos.com  /  Jafar Sodiq Assegaf  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pengungsi Rohingya (JIBI/Dok)

Warga Rohingya palik banyak mengungsi ke Bangladesh.

Solopos.com, DHAKA – Sekitar 65.000 warga Rohingya telah pergi dari Myanmar ke Bangladesh, sejak militer Myanmar melancarkan operasi di negara bagian Rakhine. Dari jumlah tersebut, sepertiga di antaranya lari ke Bangladesh dalam sepekan terakhir.

Advertisement

Selama sepekan terakhir, 22.000 orang dilaporkan telah menyeberangi perbatasan dari Rakhine,” kata badan bantuan PBB dalam laporan mingguannya, seperti dilansir The Guardian, Selasa (10/1/2016).

“Hingga 5 Januari, diperkirakan 65.000 orang tinggal di kamp-kamp yang terdaftar, tenda darurat dan rumah-rumah warga di Cox’s Bazaar di wilayah Bagladesh selatan,” kata Kantor Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA).

Eksodus Rohingya dari negara bagian Myanmar, Rakhine, dimulai setelah militer melucnrukan sebuah operasi pembersihan untuk memburu pelaku penyerangan mematikan di sejumlah pos polisi di perbatasan pada Oktober lalu.

Advertisement

Sementara menurut kelompok hak asasi (HAM) kampaye militer itu telah dikotori dengan pelanggaran berat yang kemungkinan dapat masuk dalam kejahatan kemanusiaan. Banyak warga Rohingya mengaku tentara melakukan pemerkosaan, pembunuhan dan membakar rumah-rumah mereka. Myanmar telah membantah hal itu dan mengatakan laporan mengai hal tersebut dibuat-buat. Pemerintah setempat juga membentuk sebuah komisi lhusus untuk menyelidiki tuduhan.

Pada satu sisi, utusan PBB untuk HAM, Yanghee Lee, tiba di Myanmar pada Senin guna melakukan penyelidikan terkait dugaan kekerasan di Myanmar. Ia akan menjalankan misinya selama 12 hari.

Ia pada hari itu memulai penyelidikan dengan mengunjungi negara bagian Kachin, dimana ribuan orang mengungsi karena pertempuran antara pasukan militer dan pemberontak dari kelompok etnis. Lee akan mengunjungi Rakhine sebelum meninggalkan Myanmar pada 20 Januari.

Advertisement

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif