Jatim
Selasa, 10 Januari 2017 - 13:05 WIB

Inflasi Kota Madiun 0,45% Dipicu Kenaikan Harga Cabai Rawit

Redaksi Solopos.com  /  Rohmah Ermawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Buruh petik memanen cabai rawit di areal perkebunan cabai kawasan Poleng, Kota Madiun, Sabtu (6/2/2016). (JIBI/Solopos/Antara/Fikri Yusuf)

Laju inflasi turut dipengaruhi kenaikan harga cabai rawit.

Madiunpos.com, MADIUN – Sejak beberapa bulan terakhir, komoditas cabai rawit terus naik signifikan di sejumlah pasar tradisional yang saat ini berkisar antara Rp75.000 hingga Rp100.000 per kilogram dari harga normal yang mencapai Rp30.000-an per kilogram.

Advertisement

Kenaikan harga cabai rawit itu memicu inflasi di Kota Madiun, Jawa Timur pada Desember 2016 yang mencapai 0,45 persen dengan indeks harga konsumen (IHK) sebesar 122,74.

“Inflasi di Kota Madiun terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh adanya perubahan indeks pada beberapa kelompok pengeluaran,” ujar Kepala Seksi Statistik dan Distribusi BPS Kota Madiun, Adi Priyanto, dalam rilisnya, Senin (9/1/2017).

Advertisement

“Inflasi di Kota Madiun terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh adanya perubahan indeks pada beberapa kelompok pengeluaran,” ujar Kepala Seksi Statistik dan Distribusi BPS Kota Madiun, Adi Priyanto, dalam rilisnya, Senin (9/1/2017).

Menurut dia, selain cabai rawit sejumlah komoditas yang dominan mempengaruhi terjadinya inflasi pada Desember 2016 di antaranya bawang merah, telur ayam ras, tarif listrik, dan pembalut wanita.

“Sedangkan komoditas yang mengalami penurunan harga dan menghambat laju inflasi antara lain kayu balokan, salak, emas perhiasan, minyak goreng, dan buah pir,” kata dia.

Advertisement

Kelompok yang menyumbang inflasi di antaranya kelompok bahan makanan; kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau; kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar; kelompok kesehatan; kelompok pendidikan, rekreasi, dan olah raga; dan kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan.

“Sedangkan kelompok sandang menekan inflasi dengan andil sebesar 0,015 persen,” tambah dia.

Adapun perubahan kenaikan indeks pada enam kelompok pengeluaran yang dominan mempengaruhi inflasi adalah kelompok bahan makanan sebesar 1,02 persen; kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,21 persen; kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,11 persen; kelompok kesehatan sebesar 0,91 persen.

Advertisement

Ia menambahkan, dari delapan kota penghitung inflasi nasional di Jawa Timur, seluruhnya mengalami inflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Kabupaten Jember sebesar 0,93 persen dengan IHK 122,56 dan inflasi terendah terjadi di Kota Kediri sebesar 0,36 persen dengan IHK sebesar 122,56.

Sementara, secara rinci, kedelapan kota yang mengalami inflasi tersebut adalah Jember 0,93 persen IHK 122,56; Malang 0,58 persen IHK 126,35; Surabaya 0,56 persen IHK 125,77; Sumenep 0,53 persen IHK 123,01.

Kemudian, Banyuwangi 0,47 persen IHK 122,50; Madiun 0,45 persen IHK 122,74; Probolinggo 0,38 persen IHK 123,08; dan Kediri 0,36 persen IHK 122,56.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif