Jatim
Selasa, 10 Januari 2017 - 23:05 WIB

BENCANA PONOROGO : Ini Penyebab Utama Tanah Bergerak di Ponorogo Menurut Pusat Vulkanologi

Redaksi Solopos.com  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Tim dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Nasional mencatat kondisi tanah di Desa Tugurejo setelah terjadi bencana tanah gerak, Selasa (10/1/2017). (Abdul Jalil/JIBI/Madiunpos.com)

Bencana Ponorogo, bencana longsor dan tanah bergerak di Ponorogo dipicu salah satunya oleh hutan gundul.

Madiunpos.com, PONOROGO — Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Nasional menyebut salah satu penyebab utama seringnya terjadi tanah bergerak dan longsor di Ponorogo adalah hutan dan perbukitan gundul.

Advertisement

Hutan di perbukitan banyak yang dialihfungsikan menjadi permukiman, lahan pertanian, dan lahan perkebunan. “Alih fungsi hutan dan banyaknya penebangan pohon di lereng dan perbukitan menjadi salah satu faktor utama bencana longsor dan tanah bergerak di Ponorogo,” kata Kepala Tim Penanggulangan Bencana Tanah Longsor PVMBG Nasional, Heri Purnomo, kepada wartawan seusai menyurvei dan meneliti tanah bergerak di Desa Tugurejo, Kecamatan Slahung, Selasa (10/1/2017) siang.

Heri menuturkan dari empat desa di Ponorogo yang kerap terjadi longsor dan tanah bergerak, semuanya berada di daerah yang lahan hutannya gundul dan telah beralih fungsi. Ada lahan hutan yang pohon-pohonnya ditebangi kemudian dijadikan permukiman dan lahan menanam sayur atau padi.

Pohon-pohon yang memiliki akar kuat dibabat habis oleh warga di beberapa desa itu yang sering terjadi bencana longsor dan tanah bergerak. Padahal, pohon yang memiliki akar kuat itu sangat penting untuk mencengkeram tanah dan menyimpan air saat hujan mengguyur.

Advertisement

Selain hutan gundul, kata Heri, penyebab bencana tanah bergerak di Ponorogo karena sifat fisik tanah di Desa Talun, Desa Sriti, Desa Tugurejo, dan Desa Bekiring. Tanah di desa-desa tersebut gembur dan mudah menyerap air sehingga saat hujan dengan intensitas tinggi langsung membuat tanah tidak stabil dan turun. (Baca juga: Tanah Bergerak, Pusat Vulkanologi Rekomendasikan Rumah di 4 Desa Direlokasi)

Kondisi itu diperparah lereng yang kemiringannya sangat terjal. “Tanah tersebut bersifat gembur dan saat terkena air langsung turun ke bawah dan tergelincir di lereng yang kemiringannya cukup ekstrem. Akibatnya terjadi longsor dan tanah bergerak,” jelas dia.

Bencana alam seperti tanah gerak tidak hanya terjadi di empat desa itu tetapi juga di wilayah lain yang berada di perbukitan dengan hutan yang gundul. Apalagi, di Ponorogo banyak perbukitan yang kondisi tanahnya hampir sama.

Advertisement

Dia mengharapkan warga di lokasi rawan bencana alam untuk selalu waspada ketika terjadi hujan deras. Selain itu, warga di daerah rawan bisa membangun rumah panggung dengan material kayu, bukan tembok. Hal ini supaya rumah lebih mudah dipindah dan tidak rusak parah saat terjadi tanah gerak.

Heri merekomendasikan Pemkab dan masyarakat Ponorogo untuk melakukan reboisasi atau penghijauan hutan. Hutan yang gundul bisa ditanami pohon yang memiliki akar kuat dan bermanfaat seperti pohon jati, pohon nangka, dan pohon durian.

“Jangan memotong lereng secara tegak karena itu sangat berbahaya dan rawan longsor,” lanjut dia.

Advertisement
Kata Kunci : BENCANA PONOROGO PVMBG
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif