Soloraya
Minggu, 8 Januari 2017 - 16:40 WIB

PENYAKIT LANGKA : “Manusia Kayu” asal Sragen Ini Terus Beribadah

Redaksi Solopos.com  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Anggota tiga komunitas di Sragen mengunjungi Sulami, 35, wanita dengan penyakit langka di rumahnya, Dusun Selorejo Wetan, RT 31, Desa Mojokerto, Kedawung, Sragen, Minggu (8/1/2017). (Moh. Khodiq Duhri/JIBI/Solopos)

Penyakit langka, perempuan asal Sragen ini menderita penyakit yang membuat persendiannya kaku.

Solopos.com, SRAGEN — Bacaan Surat Al-Baqoroh terdengar lirih di sebuah rumah mungil berdinding batako dipadu tripeks di Dusun Selorejo Wetan, RT 31, Desa Mojokerto, Kedawung, Sragen, Minggu (8/1/2017).

Advertisement

Seorang wanita berjilbab warna merah jambu terbujur kaku di dipan. Telapak kaki kanannya diperban. Dia terbaring. Pandangan matanya tertuju pada Alquran di kedua tangannya yang disangga bantal di perut.

Mulutnya komat kamit membaca larik demi larik ayat suci. Sehari-hari, waktu Sulami, 35, lebih banyak dihabiskan di dipan. Di dipan itu, dia menunaikan salat lima waktu, berzikir, serta membaca Alquran.

Advertisement

Mulutnya komat kamit membaca larik demi larik ayat suci. Sehari-hari, waktu Sulami, 35, lebih banyak dihabiskan di dipan. Di dipan itu, dia menunaikan salat lima waktu, berzikir, serta membaca Alquran.

Terkadang dia membuang rasa jenuh dengan membuat kerajinan tangan yang terbuat dari manik-manik. Semua aktivitas itu dilakukan Sulami dalam kondisi terbaring di dipan.

Seluruh anggota badan Sulami sudah kaku sejak 20 tahun lalu. Untuk bangun dari tidur, dia harus dibantu neneknya, Suginem, 90. Meski pelan, Sulami masih bisa berjalan.

Advertisement

“Saya seperti ini sejak kelas IV SD. Saat itu, hanya tangan kanan saya yang kaku. Setelah itu menyusul anggota badan lain. Jadi, semua anggota badan saya tidak langsung kaku, tapi satu per satu,” kata Sulami kala berbincang dengan Solopos.com di rumahnya.

Sulami merupakan anak kembar. Paniyem, saudara kembarnya, sudah lebih dulu dipanggil Yang Maha Kuasa tiga tahun silam. Paniyem juga mengalami penyakit serupa.

Sulami tinggal bersama ibu dan neneknya di rumah yang dibangun melalui program TMMD sekitar 10 tahun silam. “Soal ibadah, kakak saya tidak kendur. Dia tekun salat dan mengaji Alquran. Dia bisa berzikir dengan tasbih. Bersama nenek, dia juga masih rutin puasa Senin dan Kamis,” jelas adik kandung Sulami, Susilowati, 22.

Advertisement

Meski memiliki tubuh kaku, jari-jemari Sulami masih bisa menciptakan kreativitas. Beragam kerajinan dari bahan manik-manik atau mote, flanel, puring, dan lain sebagainya mampu dibikin dengan penuh kesabaran.

“Keluarga sudah pernah memeriksakan kakak ke Solo, tapi juga tidak membuahkan hasil. Saya tidak tahu jenis penyakit apa yang diderita kakak saya,” terang Susilowati.

Siang itu, rumah Suginem mendadak ramai. Tiga komunitas masing-masing Anteping Kalbu (Tebu), Obrolan Cah Sragen (OCS) dan Komunitas Laskar Bengawan datang untuk memberikan bantuan sejumlah uang dan sembako kepada Sulami.

Advertisement

Penyerahan bantuan disaksikan Ketua RT 031 Tukimin. “Saya sendiri belum tahu jenis penyakit apa yang diderita Sulami. Keluarga sudah pernah membawa ke rumah sakit, tapi juga tidak ada hasil,” terang Tukimin.

Wakil Ketua Komunitas Tebu, Sri Heriyono, berharap para dermawan bersedia membantu meringankan beban yang diderita Sulami. “Awalnya, kegiatan amal ini akan diselenggarakan Komunitas Tebu sendiri. Namun, ternyata ada komunitas lain yang berminat. Kami menyambut baik sebab makin banyak komunitas yang membantu akan makin meringankan beban keluarga Mbah Suginem,” papar Heri.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif