News
Kamis, 5 Januari 2017 - 08:10 WIB

Harga Bahan Bakar Khusus Naik Picu Migrasi Konsumen Kembali ke Premium

Redaksi Solopos.com  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi pengisian bahan bakar minyak jenis Premium di SPBU. (Nurul Hidayat/JIBI/Bisnis)

Kenaikan harga bahan bakar khusus seperti pertalite dan pertamax rentan memicu migrasi konsumen ke premium.

Solopos.com, SOLO — Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi diprediksi akan mengakibatkan migrasi konsumen kembali menggunakan premium. Hal ini seiring disparitas harga yang semakin tinggi.

Advertisement

Pertamina menetapkan kenaikan harga BBM nonsubsidi atau bahan bakar khusus (BBK), di antaranya pertalite, pertamax, pertamax turbo, pertamina dex, dan dexlite senilai Rp300/liter dari harga sebelumnya. Direktur Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Sekarpace, Joko Supeno, menyampaikan disparitas harga premium dengan pertalite dan pertamax semakin tinggi, yakni masing-masing Rp800/liter dan Rp1.500/liter.

Padahal, saat kali pertama pertalite dikenalkan, disparitas harganya dengan premium hanya Rp200/liter-Rp500/liter sehingga banyak konsumen yang beralih menggunakan BBM dengan research octane number (RON) 90 ini. Konsumsi pertalite pun naik tajam dan menyumbang penjualan paling tinggi dengan market share hingga 53% atau 1.600 kiloliter (KL)/hari di Soloraya sedangkan premium hanya setengahnya, yakni 800 KL/hari.

“Disparitas harga premium dengan pertalite dan pertamax saat ini cukup tinggi sehingga akan menyebabkan adanya migrasi konsumen dari pertalite dan pertamax kembali ke premium, baik motor maupun mobil,” ungkap Koordinator Pengusaha SPBU Solo ini kepada Solopos.com, Rabu (4/1/2017).

Advertisement

Di Solo ada empat SPBU sedangkan di Soloraya kurang dari 10 SPBU yang tidak lagi menjual premium. Dia menilai akan ada penurunan omzet SPBU yang tidak lagi menjual premium karena konsumen akan memilih membeli BBM ke SPBU yang menyediakan premium.

Hal ini juga berdampak pada antrean yang semakin panjang di line pengisian premium mengingat saat ini masing-masing SPBU dibatasi hanya ada dua nozzle layanan premium. “Kenaikan harga pertalite dan pertamax Rp150/liter pada 16 Desember 2016 lalu sudah terlihat dampak kenaikan konsumsi premium dari rata-rata penjualan 6 KL-7 KL menjadi 8 KL. Dengan kenaikan harga ini kemungkinan besar akan lebih banyak masyarakat beralih [ke premium],” kata dia.

Ketua Bidang SPBU Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas Bumi (Hiswana Migas) Soloraya, Suwardi, menyampaikan hal senada. Terkait adanya beberapa SPBU yang tidak lagi menjual premium, Suwardi menilai akan ada yang kembali beralih menjual premium apabila BBM nonsubsidi terus naik.

Advertisement

“Harga BBM nonsubsidi ini mengikuti harga minyak dunia tapi kalau harganya terus naik, kemungkinan pengusaha SPBU yang tidak lagi menjual premium akan kembali menjual premium karena dipastikan pengguna premium akan terus bertambah,” ujarnya.

Pengamat Ekonomi Universitas Sebelas Maret (UNS), Lukman Hakim, kenaikan harga memang tidak bisa dihindari karena harga minyak mentah dunia naik setelah setahun lalu mengalami penurunan tajam. Kondisi tersebut memberi dampak pendapatan pemerintah naik karena kenaikan harga minyak mentah biasanya juga diikuti kenaikan harga batu bara sehingga kinerja ekspor positif.

Namun di sisi lain, hal ini memberatkan masyarakat karena otomatis harga BBM nonsubsidi ada penyesuaian. Padahal secara tidak langsung, tahun lalu masyarakat “dipaksa” beralih menggunakan BBM nonsubsidi dengan bermacam kebijakan yang dikeluarkan, di antaranya pembatasan premium hanya dua nozzle dan pelarangan pembelian premium menggunakan jeriken.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif