Jogja
Selasa, 3 Januari 2017 - 01:40 WIB

BANDARA KULONPROGO : Warga Masih Enggan Kosongkan Lahan

Redaksi Solopos.com  /  Sumadiyono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Tim dari Badan Pertanahan Nasional (BPN) melakukan pengukuran lahan calon lokasi bandara New Yogyakarta International Airport (NYIA), tepatnya di Dusun Sidorejo, Desa Glagah, Kecamatan Temon, Kulonprogo, Senin (22/2/2016). Sebelumnya, beberapa bidang lahan memang belum bisa terjangkau upaya pengukutan secara maksimal akibat adanya aksi penolakan warga.(Rima Sekarani I.N./JIBI/Harian Jogja)

Selain itu, sejumlah petani penggarap lahan Paku Alam Ground (PAG) juga hingga kini masih menggarap lahannya.

Harianjogja.com, KULONPROGO-Warga terdampak pembangunan Bandara Temon masih enggan mengosongkan lahannya hingga fasilitas relokasi siap ditempati. Selain itu, sejumlah petani penggarap lahan Paku Alam Ground (PAG) juga hingga kini masih menggarap lahannya.

Advertisement

Suparjo, Kepala Dusun Bapangan, Glagah mengatakan aktivitas masyarakat masih berjalan seperti biasanya. Belum ada satupun lahan dan bangunan yang dikosongkan dan masih dimanfaatkan seperti biasa. “Warga masih adem ayem, belum ada instruksi pengosongan dari Angkasa Pura atau pemerintah desa,”jelasnya pada Senin(2/1/2016).

Padahal, lahan seharusnya dikosongkan pada 1 Januari lalu sesuai tenggat yang diberikan PT Angkasa Pura 1. Lahan tersebut kemudian akan segera dibangunan dengn tahapan groundbreaking. Terlebih lagi, lahan PAG akan dijadikan sebagai runway bandara.

Suparjo mengatakan hal serupa juga terjadi di beberapa daerah lainnya. Dikatakan jika warga bersedia segera pindah apabila lahan relokasi siap ditempati. Sedikitnya, 80% dari 50 KK di Dusun Bapangan sendiri memilih relokasi dibandingkan ganti rugi uang. Namun, sampai saat ini belum ada kepastian mengenai kepastian lahan relokasi tersebut.

Advertisement

Selain itu, sejumlah pelaku wisata terdampak bandara di Desa Glagah juga masih beraktivitas seperti biasa. Ketua Pokdarwis Glagah, Sumantoyo mengatakan pelaku wisata berharap diberikan waktu khusus untuk pengosongan. Pasalnya, pelaku wisata memiliki banyak barang yang harus dibawa serta. Apalagi, kepastian mengenai lokasi baru berusaha juga belum didapatkan hingga kini.

“Siap pindah ya siap, tapi ya jangan sewiyah-wiyah,”ujarnya. Pelaku wisata sebelumnya sempat mendapatkan janji untuk bisa direlokasi ke tanah kas desa Sindutan yang relatif strategis. Meski demikian, janji tersebut sampai kini belum ada tindak lanjutnya. Sumantoyo sendiri berencana mulai memindahkan barangnya sekitar pekan depan.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif