Jogja
Rabu, 28 Desember 2016 - 15:20 WIB

MUBENG BERINGHARJO : Suka Duka Penjual Bunga Warisan Orang Tua

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Tatik, salah satu pedagang bunga ziarah di Pasar Beringharjo yang sedang menunggui pembeli, Selasa (27/12/2016). (Mayang Nova Lestari/JIBI/Harian Jogja)

Mubeng Beringharjo kali ini berhenti pada penjual bunga

Harianjogja.com, JOGJA— Di salah satu sudut di lantai tiga Pasar Beringharjo, Tatik (42) warga Bangunjiwo, Bantul menggelar dagangan bunga-bunga yang kerap digunakan untuk tradisi nyekar. Sejak pagi, ia baru mampu menjual dua keranjang ukuran sedang.

Advertisement

Berdasarkan pantauan Harianjogja.com, ada sekitar enam penjual bunga mawar yang menempati lokasi jualan lesehan di lantai tiga pasar Beringharjo. Tak terlalu banyak pesaing memang, namun penjualan Tatik sejak satu minggu terakhir tak begitu menggembirakan.

“Meski tidak sepi tapi aneh juga kalau dibilang ramai, ” kata Tatik saat dijumpai Harianjogja.com Selasa (27/12/2016).

Ketika disinggung mengenai penjualannya yang bertepatan dengan saat libur natal dan tahun baru 2017, Tatik mengatakan tak terlalu banyak memberikan pengaruh. Hal tersebut jika dibandingkan saat puasa umat muslim dan saat bulan ruwah (salah satu bulan dalam kalender Jawa) tiba, ia mampu menjual hingga lebih dari 50 keranjang bunga mawar ukuran sedang.  Selain itu,  harga yang ditawarkan untuk satu keranjang pun dapat naik hingga tiga kali lipat.

Advertisement

“Kalau saat ini cuman bisa jual di kisaran harga Rp25.000 untuk ukuran besar serta Rp15.000 untuk ukuran kecil,” terang Tatik.

Dengan kondisi sepinya pembeli saat ini, tak hanya berdampak pada penghasilannya yang minim namun juga resiko ia harus membuang bunga-bunga yang telah terlanjur layu. Tatik tak dapat menolak dagangannya yang kunjung layu dalam waktu dua hari tersebut.  Mau tak mau ia mesti mengikhlaskan bunga untuk dibuang jika tak laku.

Namun ia cukup bersyukur karena masih ada beberapa orang yang mampir untuk membeli dagangannya untuk keperluan berziarah. Tatik pun tak berniat untuk menutup lapak jualannya yang telah ia geluti selama tiga tahun terakhir tersebut.

Advertisement

Ia memilih untuk meneruskan warisan ibunya yang telah puluhan tahun berdagang kembang. Selain mawar, bunga ziarah lainnya yang ia perjual belikan yakni seperti melati,  kantil,  dan kenanga.

“Walau pembelinya sepi, saya tetap terus berjualan. Ini amanah ibu saya, ” kata Tatik.

Advertisement
Kata Kunci : Mubeng Beringharjo
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif