Jogja
Kamis, 22 Desember 2016 - 04:20 WIB

TIONGHOA JOGJA : Harus Tanya Dewa Sebelum Mengecat Dinding Kelenteng

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Klenteng Poncowinatan didominasi warna cat merah, Rabu (21/12/2016). (Bernadheta Dian Saraswati/JIBI/Harian Jogja)

Tionghoa Jogja masih mempertahankan tradisi dan keyakinan.

Harianjogja.com, JOGJA — Bangunan kelenteng selalu identik dengan dominasi warna merah. Di Kelenteng Poncowinatan pun juga demikian. Cat merah mewarnai setiap bagian klenteng, mulai dari atap sampai tiang-tiang penyangganya.

Advertisement

Margo Mulyo selaku penjaga Kelenteng Poncowinatan mengatakan, merah memiliki makna kegembiraan dan kejayaan sehingga selalu digunakan untuk mewarnai bangunan kelenteng. Selain merah, Kelenteng yang terletak di belakang Pasar Kranggan ini juga mengombinasikan dengan warna hijau.

“Hijau itu warna kesukaannya tuan rumah klenteng ini, Dewa Keadilan atau Kwan Kong,” katanya ditemui Harianjogja.com, Rabu (21/12/2016).

Hal tersebut terlihat dari rupangnya, yang mana jubah yang dikenakan Kwan Kong kerap ditemui berwarna hijau. Dilihat dari maknanya, hijau membawa makna ketenangan sehingga kolaborasi merah dan hijau diharapkan membawa suasana kegembiraan dan ketenangan di klenteng.

Advertisement

Sementara itu, untuk pewarnaan dinding Kelenteng Poncowinatan lebih fleksibel dan tidak harus berwarna merah ataupun hijau. Hanya saja, ada cara sakral yang tetap dilakukan untuk memilih warna dinding.

Margo menjelaskan, apapun yang ingin dilakukan pada klenteng, harus seizin tuan rumahnya. Hal ini pula yang diterapkan untuk memilih cat dinding. “Caranya kita tanya ke tuan rumah klenteng, inginnya warna apa. Caranya pakai Pak Poe,” katanya.

Pak Poe adalah papan kayu kecil yang memiliki makna Ya dan Tidak pada dua sisinya. Di situ, penjaga klenteng atau siapapun yang ingin memilih warna cat kelenteng bisa menyebutkan salah satu warna di depan rupang dewa tuan rumah, misalnya krem. Setelah itu, papan kayu dijatuhkan. Jika papan kayu jatuh terbuka, diyakini dewa setuju jika dinding klenteng dicat warna krem. Namun sebaliknya, jika posisi jatuhnya tertelungkup atau berarti Tidak, dewa tuan rumah tidak setuju dengan pilihan warna krem. Pada posisi seperti ini harus dilakukan Pak Poe secara berulang.

Advertisement

Tradisi itu masih melekat setiap menjelang peremajaan warna dinding klenteng. Biasanya dilakukan setiap menghadapi Imlek.

Namun, kata Margo, terkadang ada donatur yang tidak berkonsultasi dulu kepada penjaga klenteng ketika ingin menyumbang cat dinding. Mereka datang sudah membawa cat dengan warna yang dipilihnya sendiri. “Kalau orang sembahyangan [suka berdoa di klenteng] pasti sudah tau tradisinya seperti apa. Tapi kalau donatur yang biasanya seenaknya sendiri. Tapi lebih baik tanya dulu pada dewa sebelum berdonasi,” tuturnya pria yang sudah 10 tahun bekerja sebagai penjaga kelenteng ini.

Advertisement
Kata Kunci : Tionghoa Jogja You Hou
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif