Jatim
Senin, 19 Desember 2016 - 11:05 WIB

PERNIKAHAN PERI DENGAN MANUSIA : Setelah Kedua Anaknya Remaja, Mbah Kodok Gelar Upacara Kebo Ketan

Redaksi Solopos.com  /  Rohmah Ermawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Seniman menyembelih replika kerbau yang dibalut ketan dalam Upacara Kebo Ketan di lapangan Desa Sekarputih, Kecamatan Widodaren, Ngawi, Minggu (18/12/2016). (Abdul Jalil/JIBI/Madiunpos.com)

Pernikahan peri dengan manusia telah dikaruniai dua orang anak, dan kini anaknya sudah remaja. Saat ini Mbah Kodok menggelar ritual Upacara Kebo Ketan.

Madiunpos.com, NGAWI — Masih ingat kisah pernikahan Mbah Kodok Ibnu Sukodok dengan peri Roro Setyowati di Sendhang Margo, Alas Begal, Kedunggalar, Ngawi, Oktober 2014 silam? Dari pernikahan tersebut Mbah Kodok mendapatkan momongan yang diberi nama Jaga Samudra untuk anak lelakinya dan Sri Parwati untuk anak perempuannya.

Advertisement

Alkisah setelah kedua anaknya itu beranjak dewasa, oleh Ratu Kidul, Mbah Kodok diminta memberangkatkan kedua anaknya itu untuk mengabdi dan belajar atau ngenger kepada Bagindo Milir. Bagindo Milir merupakan danyang Bengawan Solo.

Saat usia kedua anak Mbah Kodok itu beranjak remaja, Mbah Kodok menggelar Upacara Kebo Ketan pada Minggu (18/12/2016) di lapangan Desa Sekarputih, Kecamatan Widodaren, Ngawi, Jawa Timur. Upacara Kebo Ketan ini merupakan lanjutan dari narasi yang telah dibangun sejak pelaksanaan seni kejadian berjudul “Mbah Kodok Rabi Peri” dan “Mbangun Kraton Ngiyom” pada Juni 2015.

Advertisement

Saat usia kedua anak Mbah Kodok itu beranjak remaja, Mbah Kodok menggelar Upacara Kebo Ketan pada Minggu (18/12/2016) di lapangan Desa Sekarputih, Kecamatan Widodaren, Ngawi, Jawa Timur. Upacara Kebo Ketan ini merupakan lanjutan dari narasi yang telah dibangun sejak pelaksanaan seni kejadian berjudul “Mbah Kodok Rabi Peri” dan “Mbangun Kraton Ngiyom” pada Juni 2015.

Sutradara pertunjukan seni berdampak Upacara Kebo Ketan, Bramantyo Prijosusilo, menuturkan Upacara Kebo Ketan merupakan sebuah karya seni kejadian berdampak. Dia mengatakan seni kejadian berdampak bukanlah event belaka, melainkan merupakan suatu revitalisasi atas seni upacara yang diyakini nenek moyang sebagai berdampak positif bagi kehidupan.

“Upacara Kebo Ketan diciptakan untuk menjawab soal-soal nyata di masyarakat melalui olah seni dan budaya secara luas,” ujar Bram, panggilan akrabnya.

Advertisement

Mbah Kodok Tiba-Tiba Meneteskan Air Mata Haru, Kenapa?

Dalam hal ini, yang menjadi fokus perhatian LSM Kraton Ngiyom yaitu soal mata air dan hutan. Kaitannya dengan soal kohesi sosial dan ekonomi kerakyatan. Kraton Ngiyom adalah lembaga swadaya masyarakat yang bekerja di bidang seni kejadian berdampak.

Bram menceritakan pada narasi sebelumnya, yaitu di bagian Mbah Kodok Ibnu Sukodok yang menikahi Peri Setyowati, seorang danyang yang menjaga Sendang Marga dan Sendang Ngiyom di Alas Begal dan Alas Dares, Kedunggalar dan Widodaren, Ngawi.

Advertisement

Sedangkan pada episode Mbangun Kraton Ngiyom dikisahkan bahwa danyang Setyowati Sukodok hamil dan melahirkan serta meminta untuk dibuatkan rumah berwujud hutan konservasi pelindung kedua mata air itu, sesuai dengan UU yang berlaku.

Dari itu, pihak Perhutani telah mengubah status hutan di sekitar kedua mata air itu yang semula merupakan hutan produksi menjadi hutan konservasi mata air.

Kembali pada Upacara Kebo Ketan, kedua anak Mbah Kodok diminta untuk belajar ke Bagindo Milir dengan tujuan mempelajari cara bagaimana mengembalikan Bengawan Solo menjadi nadi sosial, budaya, serta ekonomi masyarakat yang ada di sekitar Bengawan Solo.

Advertisement

Pada bulan November 2018, Kraton Ngiyom bersama Iwan Fals merencanakan untuk membuat Upacara Nyanyian Raya atau Wuluayu Bengawan Solo. Yaitu dengan fokus dampak seperti tujuan ngenger-nya Jaga Samudra dan Sri Parwati ke Bagindo Milir.

Untuk mengembalikan Bengawan Solo menjadi nadi sosial, budaya, dan ekonomi, kata Bram, LSM Kraton Ngiyom hendak bekerjasam dengan semua pihak yang berkepentingan. Selain itu, membudayakan warga pedampak Bengawan Solo untuk mengolah sampah dengan cerdas, serta menguatkan kesenian rakyat di sepenjang Bengawan Solo sebagai ragi kreativitas.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif