Tahukah Anda? membahas sejarah penemuan emoticons.
Solopos.com, SOLO – Pesatnya kemajuan teknologi informasi membuat komunikasi antar manusia menjadi kian berkembang. Tak hanya berkomunikasi secara lisan, seseorang juga bisa berkomunikasi dengan orang lain lewat tulisan (tekstual). Komunikasi tekstual biasanya cenderung kaku dan menimbulkan kesalahpahaman.
Kesalahpahaman itu terjadi lantaran komunikasi tekstual tidak melibatkan ekspresi di dalamnya. Oleh sebab itu, terkadang sangat sulit membedakan antara pernyataan serius dengan gurauan. Mengatasi kesalahpahaman tersebut, berkembanglah emoticons.
Emoticons merupakan singkatan dari emotion icons, yang bermakna gambaran visual dari ekspresi wajah untuk menyampaikan suasana hati, sikap, dan emosi. Pada awalnya, emoticons dipakai dalam e-mail dan pesan teks. Emoticons dibuat dengan mengkombinasikan beberapa tanda baca dan huruf tertentu. Adapun emoticons yang paling terkenal adalah senyum.
Emoticons merupakan singkatan dari emotion icons, yang bermakna gambaran visual dari ekspresi wajah untuk menyampaikan suasana hati, sikap, dan emosi. Pada awalnya, emoticons dipakai dalam e-mail dan pesan teks. Emoticons dibuat dengan mengkombinasikan beberapa tanda baca dan huruf tertentu. Adapun emoticons yang paling terkenal adalah senyum.
Dihimpun Solopos.com dari laman Mashable, Sabtu (17/12/2016), emoticons dibuat secara tidak sengaja oleh Scott E. Fahlma, seorang mahasiswa Universitas Carnegie Mellon, Amerika Serikat. Pada 19 September 1982 silam, kampusnya dihebohkan dengan berita palsu soal tumpahnya bahan kimia berbahaya.
Saat itu, Fahlma membuat pesan dengan karakter wajah tersenyum dan wajah sedih sebagai ekspresi atas kejadian tersebut. Sejak saat itu, ia diklaim sebagai penemu emoticons pertama di dunia. Saat ini, karyanya telah diadopsi oleh berbagai aplikasi chatting.
Kendati demikian, sumber lain menyebut jika emoticon telah ada sejak tahun 1871. Dikutip dari laman Kidscodecs.com, Puck, majalah humor mingguan yang terbit di Amerika Serikat pernah membuat tulisan tentang kesalahan penulisan yang justru membentuk gambar bernilai seni. Majalah tersebut mencontohkan sejumlah ekspresi muka dalam bentuk ketikan yang menggambarkan raut wajah senang, sedih, datar, dan kagum.
Tak hanya itu, pada 2009 New York Times juga pernah menemukan emoticons pada sebuah transkrip pidato Presiden Amerika Serikat Abraham Lincoln (1861-1865). Sayangnya, hingga saat ini belum diketahui apakah emoticons itu sengaja dibuat atau merupakan sebuah kesalahan pengetikan.
Sementara emoticons yang identik dengan warna kuning kali pertama dibuat oleh Harvey Ball. Karyanya itu kemudian dibeli oleh sebuah perusahaan asuransi ternama yang dipakai sebagai simbol tombol mencoba.
Pada perkembangan selanjutnya, ide membuat emoticons itu diadaptasi oleh Bernard dan Murray Spain. Keduanya memberi nama emoticons buatan mereka The Smile. Emoticons itu dipakai untuk stiket, mug, dan kaus. (Chelin Indra Sushmita/JIBI/Solopos.com)