News
Kamis, 15 Desember 2016 - 06:00 WIB

Sikap Donald Trump Tolak "Satu China" Rugikan AS

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Donald Trump (Reuters)

Sikap Presiden terpilih AS Donald Trump menolak meneruskan kebijakan “satu China” berpotensi merugikan AS sendiri.

Solopos.com, WASHINGTON — Keputusan Presiden terpilih AS, Donald Trump, menolak melanjutkan kebijakan “Satu China” dikeluhkan oleh dunia usaha AS. Mereka khawatir bisnis mereka akan terpengaruh oleh friksi yang meningkat antara dua negara itu akibat tindakan kontroversial Trump.

Advertisement

Trump memutuskan untuk menolak melanjutkan kebijakan “Satu China” yang diadopsi oleh Paman Sam selama ini. Pada 11 Desember lalu, dia menegaskan untuk tetap menganggap Taiwan sebagai bagian terpisah dari Negara Tembok Besar.

Trump juga memutuskan untuk menerima telepon dari Presiden Taiwan Tsai Ing-wen, yang notabene musuh dari Pemerintah China. Padahal, selama ini setiap pemimpin AS selalu mengadopsi kebijakan “Satu China” tersebut demi menjaga hubungan yang stabil antarkedua negara.

Advertisement

Trump juga memutuskan untuk menerima telepon dari Presiden Taiwan Tsai Ing-wen, yang notabene musuh dari Pemerintah China. Padahal, selama ini setiap pemimpin AS selalu mengadopsi kebijakan “Satu China” tersebut demi menjaga hubungan yang stabil antarkedua negara.

“China sangat prihatin dengan kondisi ini. Kami mendengar dari sumber terpercaya di Bejing bahwa Partai Komunis China akan membalas di antaranya memutus kepentingan komersial dengan AS,” kata pakar kebijakan perdagangan China-AS yang enggan disebut namanya, Rabu (14/12/2016).

Kekhawatiran serupa juga diungkapkan oleh empat perusahaan industri raksasa AS yang memiliki bisnis besar di China. Pasalnya, selama ini mereka telah memperoleh keuntungan yang besar dari hubungan yang relatif baik kedua negara. Bahkan, China juga baru saja memperlonggar aturan bisnis bagi perusahaan AS.

Advertisement

Data Pemerintah AS menunjukkan lebih dari 30 negara bagian AS memiliki nilai perdagangan dan bisnis masing-masing mencapai US$1miliar. Selain itu, pada tahun ini aktivitas bisnis perusahaan AS di China juga telah mencapai US$500 miliar.

Industri otomotif di Detroit dan teknologi di Sillicon Valley disebut selama ini telah menggantungkan laba dan pendapatannya dari pasar Negeri Panda. General Motors, Starbuck, Apple dan Wal-Mart Stores Inc. menjadi beberapa perusahaan yang menggatungkan hampir separuh laba globalnya dari Negeri Panda.

Adapun, salah satu kebijakan China kepada AS pada 2011, dengan menerapkan startegi dumping akibat perselisahan yang meningkat pada tahun itu, telah melukai ekonomi AS. Raksasa otomotif dan peralatan olahraga AS menjadi yang paling terpukul oleh sikap China tersebut.

Advertisement

Namun, kebijakan Trump itu diperkirakan akan memiliki dampak yang lebih besar. Berdasarkan data dari General Motors Co. (GM), 9,96 juta kendaraan telah dikirim ke China pada 2015. Keuntungan perusahaan atas operasinya di China, termasuk usaha patungan dengan perusahaan lokal, telah menyumbang lebih dari 20% laba bersih GM pada tahun lalu.

Selain itu, 16% laba kotor global Ford Motor Co disumbang dari pasar di negara ekonomi terbesar kedua dunia tersebut pada 2015. Wal-Mart Stores Inc juga tercatat memiliki 432 toko di China, sedangkan Starbucks memiliki lebih dari 2.500 toko di negara tersebut. Konflik AS dan China itu tentu saja akan membuat ambisi CEO Starbucks Howard Schultz menjadikan negara itu sebagai pusat pertumbuhan laba baru terhalang. Sebelumnya, dia memperkirakan pasar China akan lebih besar dari AS dalam beberapa tahun ke depan.

Rencana Boeing Co. untuk membangun pabrik di China juga berpotensi gagal. Padahal, pabrik itu disiapkan untuk memenuhi kebutuhan sejumlah maskapai di Beijingyang diperkirakan akan mencapai 6.800 pesawat baru dengan nilai mencapai US$1 triliun.

Advertisement

“AS dan Cina sebenarnya memiliki hubungan simbiosis mutualisme, kita membutuhkan satu sama lain dan melakukan yang terbaik ketika kita tumbuh bersama,” kata Susan Aaronson, seorang profesor di Universitas George Washington.

Biro Sensus AS mencatat total nilai perdagangan AS dengan China mencapai US$599 miliar pada 2015. Di mana US$116 miliar merupakan aktivitas ekspor ke China dari produsen AS, sementara US$483 miliar sisanya merupakan impor AS dari produsen China.

Advertisement
Kata Kunci : Donald Trump
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif