Soloraya
Selasa, 13 Desember 2016 - 19:15 WIB

Hendak Copot Meteran Listrik, Petugas PLN Klaten Diadang Warga

Redaksi Solopos.com  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Warga Sekarsuli berkumpul di salah satu rumah warga setelah pencopotan meteran oleh petugas PLN gagal dilakukan, Selasa (13/12/2016). (Ponco Suseno/JIBI/Solopos)

Petugas PLN Klaten diadang warga Sekarsuli saat hendak mencopot meteran listrik.

Solopos.com, KLATEN — Sejumlah warga di Sekarsuli, Kecamatan Klaten Utara, mengadang petugas PT PLN Klaten yang ingin mencopot meteran bundar atau soket di daerah itu, Selasa (13/12/2016).

Advertisement

Warga protes karena pencopotan meteran bundar itu dinilai merupakan keputusan sepihak oleh PLN. Dalam aksi itu, warga sempat menahan satu mobil milik PLN. Beberapa warga juga nekat mempersenjatai diri dalam aksi itu.

Berdasarkan informasi yang dihimpun Solopos.com, pencopotan meteran bundar itu dimulai sekitar pukul 09.00 WIB. Sejumlah petugas PLN didampingi anggota Polres Klaten dan Kodim 0723/Klaten langsung mencopoti meteran bundar di rumah warga.

Advertisement

Berdasarkan informasi yang dihimpun Solopos.com, pencopotan meteran bundar itu dimulai sekitar pukul 09.00 WIB. Sejumlah petugas PLN didampingi anggota Polres Klaten dan Kodim 0723/Klaten langsung mencopoti meteran bundar di rumah warga.

Petugas PLN berencana mencopot meteran bundar yang dipasang di 664 rumah pelanggan di Sekarsuli. Beberapa dukuh yang didatangi yakni Karangnongko, Gatak, dan Semangkak. Dalam waktu singkat, kabar didengar warga lain di Sekarsuli.

Petugas PLN sudah mencopot sembilan meteran bundar di Dukuh Gatak, satu meteran bundar di Dukuh Karangnongko dan satu meteran bundar di Dukuh Semangkak. Meteran bundar milik warga yang dicopot diganti dengan meteran berdaya 450 KWH-900 KWH.

Advertisement

Rismiyadi mengatakan di RW 2 ada 125 keluarga. Sebanyak 90 persen dari jumlah tersebut tercatat sebagai pelanggan PLN yang memiliki meteran bundar. Di Dukuh Gatak, petugas PLN yang bertugas mencopoti meteran bundar terbagi menjadi lima tim. Masing-masing tim terdiri atas dua petugas PLN, dua polisi, dan dua anggota TNI.

Salah satu warga Sekarsuli yang meterannya dicopot petugas PLN, Mulyani, 62, mengaku kaget dengan pencopotan itu. Saat petugas PLN mencopoti meteran bundar miliknya, Mulyani masih berada di sawah. “Sewaktu pulang dari sawah, saya langsung disuruh tanda tangan oleh petugas PLN. Karena saya menolak pencopotan ini, saya tidak bersedia tanda tangan,” katanya.

Kepala Desa (Kades) Sekarsuli, F.X. Siswanto, mengaku tak tahu-menahu tentang pencopotan meteran bundar di desanya. Pamong desa di Sekarsuli baru mengetahui pencopotan meteran bundar itu setelah dilapori warga.

Advertisement

“Yang terjadi hari ini [kemarin], memang tidak melalui kami. Oleh warga, kami justru sempat dituding berpihak pada PLN. Setelah kami jelaskan, warga baru mengetahui kronologinya. Memang, ada warga yang sempat menahan mobil PLN. Bahkan, ada juga warga yang sudah mempersiapkan diri dengan senjata. Tapi, kami berhasil menenangkan warga hingga suasana di sini tetap kondusif,” katanya.

Siswanto mengatakan PLN memang sudah memberi tahu terkait pencopotan meteran bundar itu beberapa waktu lalu. Tapi, jarak antara pemberitahuan dan eksekusi pencopotan meteran bundar sangat mepet. Pemdes Sekarsuli memperoleh surat pemberitahuan yang ditandatangani Manajer PLN Klaten, Aris Edi Susangkiyono.

Surat bernomor 0324/AGA.01.01/A.KLT/2016 tertanggal 6 Desember 2016 itu berisi informasi rencana penggantian KWH meter usia di atas 10 tahun secara bertahap. Pada saat yang sama, PLN juga meminta bantuan ke Polres Klaten, Kodim 0723/Klaten, dan Kejaksaan Negeri (Kejari) untuk mem-back up keamanan.

Advertisement

Terpisah, Manajer PLN Klaten, Aris Edi Susangkiyono, memilih bungkam saat dimintai keterangan terkait pencopotan meteran bundar di Sekarsuli. “Saya no coment saja soal ini. Semua sudah disampaikan pak lurah,” katanya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif