Soloraya
Selasa, 13 Desember 2016 - 15:40 WIB

DEMAM BERDARAH BOYOLALI : 2 Warga Tewas karena DBD, Ngemplak Dapat Rapor Merah

Redaksi Solopos.com  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Nyamuk demam berdarah (Dok. JIBI/Harian Jogja)

Kesehatan Boyolali, dua warga Ngemplak meninggal dunia karena penyakit DBD.

Solopos.com, BOYOLALI — Dua warga Kecamatan Ngemplak, Boyolali, meninggal dunia setelah terserang demam berdarah dengue (DBD). Akibatnya Kecamatan Ngemplak mendapat rapor merah sebagai daerah endemis DBD.

Advertisement

Terkait itu, warga diminta menggiatkan kembali pemberantasan sarang nyamuk (PSN) untuk menekan penyakit mematikan itu. “Selama ini mindset kita ialah jika ada kasus DBD langsung dilakukan fogging. Padahal, kunci untuk mencegah DBD adalah PSN, bukan fogging,” ujar Kepala Puskesmas Ngemplak, Eko Widati, dalam lokakarya di puskesmas setempat, Selasa (13/12/2016).

Lokakarya itu diikuti para kepala desa se-Kecamatan Ngemplak dan para pegiat kesehatan. Eko menegaskan pemberantasan DB tak cukup dengan cara fogging. Cara tersebut dinilai kurang efektif lantaran hanya membunuh nyamuk usia dewasa dan tak akan membasmi jentik-jentik nyamuk.

Berdasarkan data di Puskesmas Ngemplak, kasus DBD di Ngemplak tahun ini ada 169 kasus. Angka ini meningkat hampir 250% dibanding tahun sebelumnya yang hanya 69 kasus. Selain itu, kasus DBD tahun ini juga menelan korban jiwa sebanyak dua orang.

Advertisement

“Kita sudah berupaya menekan kasus ini, namun ternyata tetap ada dua korban jiwa yang meninggal dunia terserang DB,” papar dia.

Eko melanjutkan Desa Gagak Sipat menempati urutan teratas dalam jumlah kasus DBD. Di urutan berikutnya adalah Desa Ngesrep dan Desa Manggung. “Kasus DB paling sedikit di Ngargorejo dan Sindon,” tambah dia.

Kepala Bidang (Kabid) Pengendalian, Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P3PL) Dinkes Boyolali, Eko Budi Siswanto, menambahkan selama ini puskesmas memiliki anggaran berupa biaya operasional kesehatan (BOK). Dana tersebut sebagian besar untuk upaya pencegahan dan promotif, bukan pengobatan.

Advertisement

“BOK itu untuk mendekatkan pelayanan kepada masyarakat dan percepatan keluarga sehat,” papar dia.

Selain itu, tambah Eko, dana BOK juga untuk membantu program penghilangan kebiasaan buang air besar sembarangan (BABS) di Boyolali. Dinkes Boyolalui menargetkan mulai 2017 nanti Boyolali sudah bebas dari kebiasaan BABS.

“Ini menjadi program prioritas Boyolali. Sudah ada instruksi dari Pak Gubernur,” tambah dia.

Eko menambahkan wilayah Kecamatan Ngemplak dan Boyolali Kota tahun ini mendapatkan catatan merah lantaran menjadi daerah endemis DBD. Kedua wilayah tersebut menjadi kawasan endemis DB, salah satunya karena merupakan kawasan permukiman padat.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif