News
Senin, 12 Desember 2016 - 19:30 WIB

Emoh Bikin Pabrik, Bos Foxconn Cuma Mau Indonesia Jadi Pasar

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi pabrik milik Foxconn di China (Forbes.com)

Bos Foxconn menyatakan tak akan membuat pabrik smartphone di Indonesia meskipun negara ini menjadi pasar terbesar di Asia Tenggara.

Solopos.com, JAKARTA — Surat terbuka Chairman Foxconn Technology Group, Terry Gou, kepada Donald Trump yang dimuat Bloomberg, Rabu (7/12/2016) lalu, menyindir Indonesia. Bos perusahaan elektronik yang salah satunya memproduksi perangkat Iphone itu menyatakan tak tertarik berinvestasi untuk pabrik smartphone di Indonesia. Mengapa?

Advertisement

Dalam surat itu, Terry menanggapi keinginan Trump agar Apple membuat produknya di Amerika Serikat (AS). Pasalnya, meski Apple adalah perusahaan yang berbasis di AS, Iphone justru banyak diproduksi di luar negeri, termasuk Foxconn yang berbasis di Taiwan.

Trump memang getol mengeluarkan kebijakan yang proteksionis dan fokus pada kepentingan ekonomi dalam negeri AS, termasuk membuka lapangan pekerjaan baru. Inilah awal Terry menyinggung nama Brazil dan Indonesia dalam suratnya.

Advertisement

Trump memang getol mengeluarkan kebijakan yang proteksionis dan fokus pada kepentingan ekonomi dalam negeri AS, termasuk membuka lapangan pekerjaan baru. Inilah awal Terry menyinggung nama Brazil dan Indonesia dalam suratnya.

“Pertama, Anda sebenarnya tidak harus menciptakan pekerjaan apapun, hanya harus membuat masyarakat berpikir Anda akan menciptakan mereka. Saya yakin Anda sangat mengenal konsep ini,” tulis Terry.

“Sesungguhnya, saya bisa membantu Anda dengan itu. Jika Anda lihat Brazil, Indonesia, India, dan setengah lusin provinsi di China, Anda akan melihat karya saya berbicara dengan sendirinya.” Di Brasil, Foxconn membangun pabrik dengan tarif masuk untuk bahan baku yang rendah. Begitu pula di China karena bahan baku melimpah dan tenaga kerja yang murah. Sementara di AS, Terry menyatakan siap membangun pabrik, namun mempertanyakan kebijakan Trump yang hendak menaikkan tarif impor dalam rangka proteksi produk dalam negeri.

Advertisement

“Contoh Indonesia, salah satu pencapaian saya yang paling membanggakan. Oh tidak, saya belum membuat satupun Iphone di sana dan mungkin tidak akan pernah.”

Terry menyorot politikus Indonesia yang dinilainya terlalu percaya diri bahwa dirinya mau menanamkan US$10 miliar untuk pabrik mobile-phone. “Beberapa politikus terlalu bersemangat, memoles reputasi mereka seperti pemimpin serba bisa, lalu mengoceh di media,” katanya.

Taiwan merupakan negara yang menyatakan diri terpisah dari China daratan (Tiongkok). Trump mencoba membongkar kebijakan luar negeri AS yang selama ini mengakui kebijakan satu China dengan menghubungi Presiden Taiwan.

Advertisement

Di lain pihak, Indonesia yang merupakan negara ekonomi terbesar di Asia Tenggara, telah menikmati lonjakan investasi dari China selama dua tahun terakhir. Lima kali kunjungan Presiden Joko Widodo ke China telah membuat pintu Indonesia semakin lebar bagi negara tersebut.

Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menyebutkan, China telah menduduki posisi ketiga sebagai negara investor terbesar di Tanah Air. Dari Januari hingga September 2016, investasi langsung telah meningkat menjadi US$1,6 miliar, atau naik dari periode yang sama tahun lalu yang hanya mencapai US$600 juta.

Rencana Trump dalam melaksanakan proteksi perdagangan justru memberikan fajar baru bagi China. Artinya, China tak perlu susah payah untuk menyingkirkan satu pesaing utamanya dalam menguasai ekonomi ASEAN. Memang, rencana Trump sempat membuat khawatir para pejabat ASEAN karena AS adalah salah satu negara tujuan ekspor utama. ASEAN harus mencari tujuan ekspor baru lainnya atau memperkuat negara pelanggan yang sudah ada sebelumnya.

Advertisement

Menteri Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Bambang Brodjonegoro dan mantan Menteri Keuangan yang kini menjabat sebagai ekonom Universitas Indonesia Chatib Basri sepakat, efek proteksi dari AS akan berdampak pada China mulai tahun depan.

Ekonomi China berpotensi terpukul lantaran Washington adalah mitra dagang utamanya. Dampaknya pun diperkirakan merembet ke ASEAN yang selama ini menjadi penyuplai barang modal ke China. Namun, hal itu diantisipasi oleh Presiden Xi Jinping dan jajarannya dengan membangun hubungan dagang dan investasi dengan ASEAN, lebih dari sekadar memperkuat pengaruh di Asia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif