Soloraya
Jumat, 9 Desember 2016 - 23:40 WIB

PENATAAN KOTA SOLO : Sebagian Penanda Kota Bengawan Lenyap

Redaksi Solopos.com  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Tugu Singosaren Solo dibongkar. (Nicolous Irawan/JIBI/Solopos)

Penataan Kota Solo, penanda kota seperti tugu di perempatan lenyap demi penataan kota.

Solopos.com, SOLO — Sebelum Agustus lalu, selama belasan tahun pengguna jalan yang melintasi perempatan Baron, Laweyan, akrab dengan pemandangan tugu dan taman di tengah-tengah perempatan.

Advertisement

Pemandangan itu tak bisa dijumpai lagi. Sejak November, alat pengatur isyarat lalu lintas (APILL) yang dikendalikan lewat jaringan transportasi pintar menggantikan pemandangan tersebut. Sebelum pengoperasian instrumen penunjang keselamatan berkendara itu, tugu dan taman yang memakan nyaris separuh persimpangan itu dirobohkan menggunakan alat berat.

Saat Solopos.com melintasi persimpangan Baron, Jumat (9/11/2016), jejak bekas bundaran masih tertinggal. Jalan sedikit bergelombang membentuk lingkaran dengan diameter setara tiga mobil berjajar terlihat berwarna lebih tua dibandingkan warna pelapis jalan di sekelilingnya.

Advertisement

Saat Solopos.com melintasi persimpangan Baron, Jumat (9/11/2016), jejak bekas bundaran masih tertinggal. Jalan sedikit bergelombang membentuk lingkaran dengan diameter setara tiga mobil berjajar terlihat berwarna lebih tua dibandingkan warna pelapis jalan di sekelilingnya.

Kenangan atas bundaran Baron membekas di benak Sugiyarso, 48. Tempat tinggal warga Kampung Rajamanggala atau dikenal dengan Kampung Pengetikan RT 002/RW 005 Kelurahan Panularan, Solo, ini berjarak kurang dari 200 meter dari sana.

“Bundaran itu umurnya lebih tua daripada saya sepertinya. Dulu ada air mancurnya juga. Besarnya tidak selebar sebelum dibongkar,” tutur dia.

Advertisement

Pria yang membuka usaha jasa pengetikan manual dan komputer di rumahnya ini menyebut penanda kota itu menjadi bagian dari kehidupannya. Kini setelah bundaran runtuh digantikan lampu lalu lintas, Sugiyarso beserta keluarganya masih sulit menghapus jejaknya sebagai identitas ruang.

Berjarak 1,2 km ke arah timur dari persimpangan Baron, Selasa (6/12/2016) lalu, tugu dengan cat kuning gading berdiameter sekira 1 meter dengan ketinggian 3 meter di persimpangan Jl. Gatot Subroto dan Jl. dr. Radjiman juga dibongkar. Dalam hitungan jam, ekskavator berwarna biru merobohkan bangunan yang dibangun pada masa pemerintahan Wali Kota Solo Hartomo (1985-1995).

Tugu sejenis yang berdiri persis di persimpangan Jl. Yos Sudarso dengan Jl. dr. Radjiman Coyudan, dirobohkan pada 2013 lalu. Pemilik Toko Kilat, Nur Laeli, 60, mengenang penanda kota tersebut dibangun beriringan dengan pembukaan akses menuju kawasan bisnis Solo Baru di Kabupaten Sukoharjo.

Advertisement

“Dulu Jl. Yos Sudarso belum selebar sekarang, cuma setengahnya kurang lebih. Lalu dilebarkan untuk membuka jalan ke Solo Baru. Bangunan toko saya dulu kena banyak. Setelah itu, seingat saya dibangun tugu di situ,” kata Lalei membuka memori lamanya.

Kepala Seksi Rekayasa Manajemen Lalu Lintas Dishubkominfo Solo, Ari Wibowo, menyampaikan keberadaan beberapa tugu dan bundaran di persimpangan secara berkala dievaluasi melihat pertumbuhan kawasan dan kepadatan lalu lintas. Selain di Baron, Coyudan, dan Singosaren, tugu di persimpangan Kandangsapi juga dibongkar beberapa tahun lalu.

“Tugu-tugu itu dulunya dibangun sebagai tetenger kota. Fungsinya sebagai penegas persimpangan. Di beberapa titik tugu, dilengkapi lampu flashing [kedip] di bagian tengahnya untuk memberi peringatan hati-hati kepada pengguna jalan,” jelasnya.

Advertisement

Ari mengatakan kepadatan lalu lintas yang ditandai pertumbuhan kendaraan bermotor sekitar 20% per tahun membuat efektivitas keberadaan tugu terus menurun. “Bundaran Baron sudah tidak relevan lagi dengan pola manuver kendaraan harus memutar saat akan memotong jalan dari timur ke utara. Antrean kendaraan jadi panjang. Beberapa tugu lain juga menjadi hambatan karena pertumbuhan kendaraan yang tidak bisa dibendung, tidak diimbangi dengan pertumbuhan jalan,” terang dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif