Jogja
Kamis, 8 Desember 2016 - 02:20 WIB

WISATA JOGJA : Jangan Manfaatkan Aji Mumpung Akhir Tahun

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Seorang pengunjung Kalibiru berfoto di salah satu wahana obyek wisata alam Kalibiru, Desa Hargowilis, Kecamatan Kokap, Kulonprogo, Jumat (8/7/2016). (Rima Sekarani I.N/JIBI/Harian Jogja)

Wisata Jogja untuk akhir tahun banyak dipesan

Harianjogja.com, JOGJA — Hampir 90% armada yang dimiliki anggota Asita sudah dipesan untuk tujuan wisata pada liburan akhir tahun. Kebanyakan wisatawan memesan menjelang tanggal 30 Desember 2016 sampai 2 Januari 2017. Perjalanan wisata terbanyak ke Gunungkidul.

Advertisement

Ketua Asosiasi Perjalanan Wisata (Asita) DIY Udhi Sudiyono mengatakan, objek wisata di Gunungkidul lebih beragam sehingga wisatawan memiliki banyak alternatif untuk berwisata. Selain itu, tren pariwisata saat ini wisatawan mulai mencari objek wisata alternatif yang sedang ramai diperbicangkan di media sosial.

“Artinya sudah tidak terfokus ke objek wisata lama seperti Keraton, Prambanan, Borobudur tetapi ke pantai, kalau Kulonprogo masih dengan Kali Birunya,” kata Udhi, rabu (7/12/2016).

Selain itu, wisatawan juga sudah mulai mengombinasikan perjalanan dengan wisata kuliner. Tidak jarang wisawatan meminta agen perjalanan wisata untuk mengantarkan ke sentra makanan khas seperti tiwul. Tak sedikit pula yang meminta diantarkan ke pengrajin kerajinan untuk membeli buah tangan. Dulu, kata Udhi, wisatawan yang membutuhkan makan selama perjalanan tetap mengandalkan makan siang di tengah kota. Namun saat ini kondisinya sudah berbeda. Makanan khas daerah semakin terangkat dengan pergeseran tren ini.

Advertisement

Kondisi ini pun membuat Udhi mengajak pengelola objek wisata di daerah untuk ikut memberikan kesan yang baik pada wisatawan. Mulai dari fasilitas sampai keramahan dalam pelayanannya.

“Jangan memanfaatkan aji pumpung. Kelolalah objek secara profesional dan jangan naikkan tarif. Asita tetap tidak naikkan tarif meski peak season. Jangan membuat masyarakat kapok,” katanya.

Menurutnya, Pemerintah Daerah juga perlu bersinergi untuk menarik perhatian wisatawan. Seperti dengan memberikan pelatihan standar pelayanan wisata pada pengelola.

Advertisement

“Harus ada pelatihan. Misalnya petugas warung jangan hanya pakai celana pendek atau kaus dalam, tapi harus sopan, dan keramahtamahannya dijaga. Toilet juga perlu dijaga kebersihannya,” jelas dia. Aksesibilitas menuju lokasi objek wisata juga perlu diperhatikan, pasalnya jika akses jalan rusak dan membuat kemacetan, bisa berpotensi menimbulkan kebosanan pada wisatawan.

Menghadapi libur Natal dan Tahun Baru, pengelola Desa Wisata Blue Lagoon juga sudah melakukan persiapan. Persiapan dilakukan dengan menambah fasilitas mushala dan penyewaan tikar. Suhadi selaku koordinator pengelola memprediksi pada libur Natal dan Tahun baru nanti diprediksi jumlah pengunjung meningkat 5-10 kalu lipat dari hari biasa yang hanya berjumlah 50-200 pengunjung per hari.

“Kami siapkan makanan kuliner khas juga seperti bakmi pecel dan jajanan tradisional seperi cemplon dan kolo muncang,” ujarnya. Pihaknya meminta pedagang tidak menaikkan harga makanan secara tidak wajar. Desa Wisata Blue Lagoon sendiri terletak di Dusun Dalem, Widodomartani, Ngemplak, Sleman. Desa wisata ini menawarkan keindahan alam berupa cekungan sungai serta areal persawahan.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif