News
Rabu, 7 Desember 2016 - 07:00 WIB

Presiden Serukan Kurangi Ketergantungan Pada Dolar AS

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi Valas.(Dok/JIBI/Solopos).

Presiden Jokowi menyerukan pasar agar mengurangi ketergantungan terhadap dolar AS.

Solopos.com, JAKARTA — Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyerukan kepada pasar untuk secara perlahan mengurangi ketergantungan terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Pelaku pasar diminta giat menggunakan mata uang negara maju lain sebagai acuan untuk melihat fundamental nilai tukar rupiah.

Advertisement

Pascakemenangan Donald J. Trump sebagai Presiden Amerika Serikat November lalu, pasar global nampak gugup dan diliputi ketidakpastian mengenai kebijakan ekonomi Paman Sam. Akibatnya, dolar AS menguat di seluruh dunia secara konstan sejak pemilihan presiden AS itu.

Belakangan, Donald menunjukkan rencana kebijakannya untuk lebih fokus ke domestik (America first) ketimbang menjadi polisi dunia. “Artinya, Amerika Serikat nantinya relatif tidak peduli dengan konsekuensi aksinya terhadap negara lain,” ujar Presiden Joko Widodo dalam Sarasehan 100 Ekonom, Selasa (6/12/2016).

Oleh karena itu, Presiden menilai pergerakan rupiah terhadap dolar AS semakin tidak mencerminkan fundamental perekonomian Indonesia akibat faktor Donald tersebut. Pada akhirnya, tuturnya, pergerakan rupiah terhadap dolar AS merupakan cerminan fundamental AS, seperti persepsi yang muncul apabila nilai tukar negara-negara lain berbanding dengan dolar AS.

Advertisement

Jokowi menyampaikan penggunaan mata uang selain dolar AS sebagai alat pembayaran untuk transaksi ekspor dan impor. Pasalnya, AS hanyalah mitra dagang yang berkontribusi 9-10% dari keseluruhan nilai perdagangan luar negeri Indonesia. Sementara, China jauh lebih besar dengan menyumbang 15,5%, Eropa 11,4% dan Jepang sebesar 10,7%.

“Sementara kalau kita ukur ekonomi kita pakai euro, yuan, renminbi, korean won dan poundsterling akan berbeda, akan kelihatan jauh lebih bagus. Tapi kita selalu bertahun-tahun selalu melihat dolar dengan rupiah. Menurut saya, kurs rupiah terhadap dolar bukan lagi tolak ukur yang tepat,” ujarnya.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif