Soloraya
Selasa, 6 Desember 2016 - 08:00 WIB

PESAWAT HILANG : Begini Kehidupan Keluarga Pilot AKP Budi Waluyo di Boyolali

Redaksi Solopos.com  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Rumah orang tua AKP Budi Waluyo di RT 004/ RW 007 Desa Kradenan, Kaliwungi, Semarang, Senin (5/12/2016). (Aries Susanto/JIBI/Solopos)

Pesawat hilang, salah satu korban pesawat Polri yang hilang berasal dari Boyolali

Solopos.com, BOYOLALI — Rumah berdinding kayu kuno itu sepi. Hanya tenda biru berdiri di pelatarannya. Namun, tak ada kursi atau pun tamu di sana.

Advertisement

“Ibu baru saja berangkat ke Jakarta. Ibu dapat kabar anaknya kecelakaan saat terbang,” ujar Sumiyati, 40, perempuan yang sehari-hari merawat rumah kuno itu saat berbincang dengan Solopos.com, Senin (5/12/2016).

Sehari-hari, rumah di RT 004/ RW 007 Desa Kradenan, Kaliwungi, Semarang, itu memang kosong. Pemilik rumah, Ny. Sarti, hanya beberapa hari saja menempatinya. Hal itu karena ia harus berjualan keliling ke kampung-kampung untuk menjajakan perkakas dapur dan pakaian.

Advertisement

Sehari-hari, rumah di RT 004/ RW 007 Desa Kradenan, Kaliwungi, Semarang, itu memang kosong. Pemilik rumah, Ny. Sarti, hanya beberapa hari saja menempatinya. Hal itu karena ia harus berjualan keliling ke kampung-kampung untuk menjajakan perkakas dapur dan pakaian.

“Sepuluh hari sekali biasanya baru pulang. Kadang ibu berjualan sampai ke Malang, Jatim, naik bus dan jalan kaki,” jelas Sumiyati.

Dalam satu dekade terakhir, kesunyian rumah itu kian terasa. Kedua putra Sarti telah hijrah ke Jakarta. Anak sulungnya, Budi Waluyo, 33, menjadi perwira polisi pilot.

Advertisement

Berita duka itu belum beranjak pergi. Sabtu (3/12/2016) lalu, Sarti kembali menerima kabar menyayat hati. Pesawat yang dipiloti anak sulungnya, Budi Waluyo, mengalami kecelakaan. Baca juga: Inilah Percakapan Terakhir AKP Budi Waluyo di Facebook

Pesawat N28 Skytruck buatan Polandia itu jatuh di perairan Kabupaten Lingga, Kepulauan Riau. Di dalam pesawat ini terdapat 13 polisi, lima kru, dan delapan penumpang. Satu di antaranya anak sulung Sarti.

“Saat dikabari, ibu [ibunda Budi Waluyo] shock dan enggak percaya. ‘Anak saya itu kalau mau terbang biasanya pamit saya dulu’,” cerita Sumiyati menirukan ucapan Sarti saat dapat kabar dari Jakarta.

Advertisement

Malam itu juga, Sarti langsung bertolak ke Jakarta ditemani sejumlah saudaranya. Dalam kekalutan itu, Sarti hanya bisa pasrah. Ia tak kuasa menolak kehendak Yang Maha Kuasa.

“Ibu menangis terus. Ia terus berdoa semoga anaknya selamat,” ujar Sumiyati.

Di mata Sarti dan Sumiyati, Budi Waluyo, dikenal anak yang saleh dan berotak encer. Itulah sebabnya meski kedua orang tuanya hanya pedagang keliling, Budi bisa meraih cita-cita menjadi polisi pilot.

Advertisement

Ayah dan ibu Budi bekerja sebagai pedagang baju dan perkakas dapur keliling sejak ia masih kecil. Setelah lulus SMP, jalan Budi meraih mimpi seakan terbuka lebar.

Budi diterima di SMK Penerbangan Solo lewat jalur prestasi. Untuk meraih mimpinya itu, Budi harus bersaing ketat dengan ratusan siswa berprestasi lainnya.

“Saat itu prinsip Budi dan orang tuanya, kalau ingin bisa diterima di SMK Penerbangan, ya lewat jalur prestasi, bukan dengan cara bayar lewat belakang,” ujar Sumiyati.

Di mata para gurunya, lulusan SMPN 1 Simo Boyolali ini juga dikenal pendiam dan tenang. Ketika Solopos.com menunjukkan sebuah foto Budi berseragam polisi pilot dari akun Facebook, sejumlah guru SMPN 1 Simo langsung teringat sosok lulusan 1999 itu.

Jumiyatun, guru IPA SMPN 1 Simo, salah satunya. Jumiyatun sangat terkesan dengan kepribadian Budi yang tenang dan kalem. “Prestasi murid SMPN 1 Simo rata-rata memang sama. Tapi, kalau Budi ini anaknya kalem. Saya ingat betul dia,” kenangnya.

Solopos.com diberi kesempatan membuka kembali dokumen buku induk SMPN 1 Simo. Di buku induk yang sudah termakan rayap itu, Budi tercatat sebagai murid SMPN 1 Simo pada 1996.

Pada 1999, saat ia duduk kelas III (IX) E, nilai totalnya 90. Ia lulus dan kemudian melanjutkan sekolah ke SMK Penerbangan Solo. “Kami keluarga besar SMPN 1 Simo merasa kehilangan alumnus terbaik kami,” papar Jumiyatun.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif