Pertanian Karanganyar, para petani di Jumapolo merugi karena harga singkong turun drastis.
Solopos.com, KARANGANYAR — Para petani di Desa Jumapolo, Kecamatan Jumapolo, Karanganyar, kelimpungan karena harga jual singkong turun dari Rp900/kilogram (kg) menjadi Rp500/kg.
Salah satu petani singkong, Sadiman, mengaku hanya bisa geleng-geleng kepala saat menerima uang penjualan singkong dari pengepul pada November. Singkongnya hanya dihargai Rp500/kg.
“Kemarin saya jual 40 kg singkong dari tegalan saya. Hanya dapat Rp200.000,” kata warga Dusun Jagalan, Desa Jumapolo, Kecamatan Jumapolo, Karanganyar, tersebut kepada Solopos.com, Senin (5/12/2016).
Singkong tersebut ia tanam di tepi tegalan yang seluas 500 meter persegi. Tegalan tersebut kebanyakan ia tanami ubi cilembu. Namun, saat ia menjual ubi cilembunya pada September lalu, harganya juga anjlok.
Ubi cilembu yang biasanya seharga Rp3.000/kg, hanya dihargai Rp1.200/kg di tingkat pengepul. “Padahal kalau di pasar, pedagang ubi cilembu biasanya jual Rp10.000/kg. Saya jadi kapok menanam ubi lagi. Sekarang saya coba menanam jagung,” sambung dia.
Terpisah, salah satu pengepul ubi dan singkong yang enggan disebutkan namanya mengatakan perminat ubi dan singkong akhir-akhir ini sangat sedikit. Padahal, panen singkong dan ubi di tingkat petani cukup melimpah. Hal itu membuat harga kedua komoditas tersebut terjun bebas.
“Sudah dua bulan ini permintaan ubi lesu. Pabrik tepung tapioka pun sampai menolak membeli karena stok di gudang masih banyak,” terang dia kepada Solopos.com.
Dia mengaku hanya pengepul kecil dantidak bisa mempermainkan harga seenaknya. “Saya hanya membeli dari petan-petani itu. Enggak banyak, paling sehari 400 kuintal. Saya setorkan ke pengepul yang lebih besar lagi biasanya,” kata dia.