Soloraya
Selasa, 6 Desember 2016 - 07:00 WIB

AGENDA SOLO : Ayo ke Sekaten 2016!

Redaksi Solopos.com  /  Rini Yustiningsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Warga mengunyah kinang seketika mendengar gendhing Rambu di Bangsal Pradangga Masjid Agung Solo mulai ditabuh para abdi dalem Keraton Solo, Senin (5/12/2016) pukul 13.30 WIB. (Irawan Sapto Adhi/JIBI/Solopos)

Agenda Solo Sekaten 2016 telah dimulai.

Solopos.com, SOLO — Ratusan orang di seputaran Bangsal Pradangga Masjid Agung Solo ramai-ramai mengunyah kinang seketika mendengar gendhing Rambu mulai ditabuh para abdi dalem Keraton Solo, Senin (5/12/2016) pukul 13.30 WIB.

Advertisement

Mereka menyambut suka cita prosesi pembukaan Sekaten 2016 tersebut. Bukan hanya mengunyah kinang, ratusan orang di halaman Masjid Agung juga heboh berebut janur yang terpasang di sekitar bangsal.

Seorang warga Gatak, Sukoharjo, Karsinem, 63, turut mengunyah kinang seketika mendengar bunyi perangkat gamelan Kyai Gunturmadu tersebut. Dia yakin dengan mengunyah kinang bertepatan dengan bunyi gamelan Sekaten, dirinya bisa mendapatkan berkah awet muda.

Advertisement

Seorang warga Gatak, Sukoharjo, Karsinem, 63, turut mengunyah kinang seketika mendengar bunyi perangkat gamelan Kyai Gunturmadu tersebut. Dia yakin dengan mengunyah kinang bertepatan dengan bunyi gamelan Sekaten, dirinya bisa mendapatkan berkah awet muda.

Selain itu, Karsinem menganggap, dengan mengunyah kinang atau sekapur sirih yang dilengkapi dengan injet dan gambir dapat menjaga susunan dan kesehatan gigi.

“Makan daun sirih nanti biar awet enom. Sehari-hari saya tidak makan kinang ini. Hanya pas bunyi gamelan Sekaten saya beli kinang lalu saya kunyah. Airnya lalu ditelan. Semoga dapat berkah dari Allah. Sudah dari dulu saya datang ke Masjid Agung setiap kali sekaten. Biasanya tanya dulu ke takmir Masjid Agung soal jadwal Sekaten. Jadi bisa datang pada hari pertama,” kata Karsinem saat ditemui Solopos.com di Bangsal Pradangga, Senin.

Advertisement

Setiap harinya perangkat gamelan dibunyikan mulai pukul 10.00-14.30 WIB. Setelah itu mulai lagi pukul 19.30-23.30 WIB. Wakil Sasana Wilapa Keraton Solo, K.P. Winarno Kusumo, menjelaskan dalam bahasa Jawa baru, kata Sekaten berasal dari kata Sekati yang berarti setimbang atau seimbang.

Dengan demikian, lanjut dia, perayaan Sekaten berarti peringatan agar seseorang hidup dengan cermat menimbang atau menilai hal yang baik dan yang buruk. Kata Sekaten juga berasal dari kata Sekat yang artinya batas.

“Keraton Solo secara rutin memperingati hari lahir Nabi Muhammad SAW setiap tahunnya. Sebagai bentuk ucapan rasa syukur juga kepada Tuhan, Keraton Solo menggelar upacara tadisional Gerebeg Sekaten. Salah satu upacara tradisonal Keraton Solo itu telah dilaksanakan sejak berabad-abad lalu. Awalnya dulu hanya ada Kyai Guntursari. PB IV lalu membuat imbangan atau sekati, maka jadilah Kyai Gunturmaru sebagai simbol raja harus adil. Dari kata-kata Sekati, jadi Sekaten,” jelas Winarno.

Advertisement

Pantauan Solopos.com, perayaan Sekaten juga dimeriahkan dengan kehadiran ratusan pedagang yang menjual barang-barang khas Sekaten. Di halaman Masjid Agung telah hadir ratusan pedagang yang menjual kinang, pecut, telur asin, dan bunga kantil.

Sedangkan di seputaran Alun-alun Keraton Solo dan Jl. Pakubuwono, ada puluhan pedagang yang menjual kerajinan gerabah, terutama celengan.

Winarno menerangkan makna kinang dalam Sekaten, yakni melambangkan Rukun Islam. Dia menjelaskan orang yang mengunyah kinang dengan menggunakan 3 unsur yang terdiri atas suruh, gambir, dan injet sudah tergolong enak.

Advertisement

Maksudnya, lanjut dia, orang yang sudah syahadat, salat, dan puasa sudah baik. Winarno menyebut, akan lebih baik atau sempurna apabila seseorang mencapai kemampuan secara materi dengan memberikan zakat serta melaksanakan ibadah haji.

“Sedangkan telur asin yang dalam bahasa Jawa disebut endok kamal melambangkan amal. Ada pula yang menghubungkan kamal dengan istilah bahasa Arab yang berarti sempurna. Maka dari itu ada banyak pedagang yang berjualan kinang dan telur asin selama Sekaten. Ada juga yang berjualan celengan yang dimaknai dengan ajakan menabung, termasuk pecut dan gasing yang punya makna masing-masing,” papar Winarno

Kebijakan Pemkot

Pengageng III Museum dan Pariwisata Keraton Solo, K.R.M.H. Satryo Hadinagoro, menyampaikan wahana permainan dalam Sekaten 2016 tidak bisa digelar sesuai jadwal mulai Kamis-Sabtu (1-17/12) karena sempat terkendala dengan kebijakan Pemkot terkait pemanfaatan halaman Benteng Vastenburg.

Apabila tanggapan Pemkot lebih cepat, menurut dia, wahana permainan bisa tersedia sesuai jadwal. Setelah menggelar rapat dengan pengageng Keraton, Satryo menyebut, Keraton berencana menyediakan wahana permainan mulai Rabu-Jumat (7-23/12).

“Kami sudah berkomunikasi dengan penyedia wahana permianan. Mereka tetap ingin hadir di Sekaten. Namun tidak bisa langsung datang. Mereka butuh persiapan. Awalnya kami berencana di awal Desember, tapi ternyata halaman Benteng sudah terlebih dahulu dipesan pihak lain. Kami baru bisa pakai Benteng mulai hari ini [kemarin]. Penyedia permianan butuh persiapan dua hari. Jadi permainan baru bisa beroperasi pada 7 Desember,” ujar Satryo.

Satryo menegaskan pedagang di seputaran Alut tetap hanya boleh berjualan hingga 17 Desember mendatang.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif