Sport
Senin, 5 Desember 2016 - 02:30 WIB

Pasoepati Kenang Mendiang Diego Mendieta

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Baihaqi  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Mendiang Diego Mendieta saat masih memperkuat Persis Solo. (JIBI/SOLOPOS/Agoes Rudianto)

Pasoepati mengenang sosok Diego Mendieta yang merupakan mantan pemain Persis Solo.

Solopos.com, SOLO – Orang mungkin sudah lupa dengan sosok mendiang Diego Mendieta, tapi tidak dengan fans fanatik Persis Solo, Pasoepati. Bagaimana pun mereka tak bisa tak ingat mantan pemain Persis Solo yang meninggal dunia karena sakit pada 4 Desember 2012 lalu.

Advertisement

Sebelum menghembuskan nafas terakhir, legiun asing asal Paraguay itu membela Persis Solo yang berlaga di kompetisi Divisi Utama bentukan PT Liga Indonesia. Suporter setia Persis Solo ini mengenang sang pemain bernomor punggung 33 itu dengan menyalakan lilin.

Tak hanya itu, Pasoepati juga memajang foto, syal, serta jersey miliknya berbarengan dengan agenda nonton bareng (nonbar) Tim Nasional (Timnas) Sepak Bola Indonesia yang melakoni leg pertama semifinal Piala AFF 2016 kontra Vietnam, di Pendapi Gede, Balai Kota Solo, Sabtu (3/12/2016) malam WIB.

Tak lupa mereka membubuhkan bunga yang biasanya dipakai untuk nyekar seperti mawar, telasih, melati, dan kenanga. Bunga-bunga ini ditaruh berdekatan dengan jersey dan foto almarhum bertuliskan angka 1923, tahun kelahiran Persis Solo.

Advertisement

“Ini sebagai pengingat semoga tidak ada lagi insiden serupa yang menimpa para pemain kita. Kami berharap ke depan, tim-tim di Indonesia serius memikirkan nasib pemainnya,” tutur salah satu fans, Alfian, kepada Solopos.com.

Diego meninggal saat berusia 32 tahun di RS Dr Moewardi, tepat Selasa, 4 Desember 2012 dini hari WIB. Ia kali pertama kali didiagnosis menderita tipes. Ia kembali masuk RS, tapi penyakitnya tidak terdidentifikasi. Ia dirujuk ke Moewardi hingga meninggal dunia lantaran disebabkan oleh cytomegalovirus dan jamur candidiasis, yakni virus yang mematikan yang menyerang otak belakang.

Kasus ini menarik perhatian luas berbagai kalangan. Salah satunya adalah pengobatan mantan striker itu tersendat karena kurangnya biaya. Keadaan diperparah karena gajinya belum dilunasi ketika membela Persis. PSSI ketika itu menilai perpecahan di tubuh PSSI merupakan sumber utama permasalahan. Mereka tidak bisa berbuat banyak karena Persis Solo bermain di Divisi Utama Liga Indonesia, bukan di kompetisi yang digulirkan PSSI.

Advertisement

“Selalu mengingat dan mendoakannya yang pernah berjasa kepada Persis. Kami berharap ini bisa menjadi semacam pengingat, kejadian seperti ini jangan sampai terulang lagi. Hargailah pemain secara profesional. PSSI yang baru ini harus berbenah,” jelas Wakil Presiden DPP Pasoepati, Ginda Ferachtriawan.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif