Jogja
Senin, 5 Desember 2016 - 13:20 WIB

BANJIR KULONPROGO : Rismiyanto Pasra, Sudah Seminggu Tanaman Padi di Sawahnya Terendam Banjir

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Sejumlah petani mengamati lahan persawahan yang terendam genangan air di wilayah Dusun Maesan III, Desa Wahyuharjo, Kecamatan Lendah, Kulonprogo, Sabtu (3/12/2016). (Rima Sekarani I.N./JIBI/Harian Jogja)

Banjir Kulonprogo menyebabkan tanaman padi petani terendam air

Harianjogja.com, KULONPROGO-Area persawahan yang terendam genangan air seakan menjadi pemandangan biasanya setiap kali hujan berintensitas tinggi mengguyur wilayah Kulonprogo selama beberapa hari berturut-turut. Petani mengaku hanya pasrah dan siap merugi tanpa menunggu bantuan pemerintah.

Advertisement

Dinas Pertanian dan Kehutanan (Dispertahut) Kabupaten Kulonprogo mencatat terdapat setidaknya 870 hektare (ha) lahan pertanian diketahui terendam genangan air per Kamis (1/12/2016) lalu.

Kondisi tersebut tersebar di tujuh wilayah kecamatan, yaitu Panjatan, Galur, Wates, Lendah, Pengasih, Temon, dan Sentolo. Curah hujan yang cenderung tinggi belakangan ini membuat saluran drainase dan irigasi yang ada di sekitar area persawahan meluap. Meski sempat menyurut, genangan kembali naik karena hujan terus datang dan cenderung berdurasi lama.

Seorang petani bernama Rismiyanto mengaku tidak bisa berbuat banyak terhadap sawahnya yang sudah terendam hampir seminggu. Menurutnya, kedalaman air mencapai sekitar 80 sentimeter bukanlah sahabat bagi tanaman padi miliknya yang berusia 70 hari.

Advertisement

Tanaman tersebut barangkali tetap dapat tumbuh dan tidak mati tapi bulir padinya tidak akan terisi penuh. “Hujannya datang terus. Kemarin sore sempat tidak hujan tapi ternyata pagi ini hujan juga,” kata Rismiyanto saat ditemui di Dusun Maesan III, Desa Wahyuharjo, Lendah, Kulonprogo, Sabtu (3/12/2016).

Menurut Rismiyanto, ada sekitar lima ha sawah yang teredam di Maesan III. Berbeda dengan Rismiyanto yang masih bisa melihat ujung atas tanaman padinya, petani dengan padi berusia sekitar sebulan hanya dapat memandangi sawah layaknya kolam. Padi muda itu bisa selamat jika air surut dalam dua atau tiga hari. Sebaliknya, tanaman akan mati jika hujan terus datang.

Rismiyanto mengatakan, para petani dihantui ancaman gagal panen dan penurunan produktivitas padi. Mereka mesti siap menanggung kerugian. Bantuan pemerintah belum pernah datang meski masalah serupa terjadi berkali-kali. Dia juga tidak terdaftar sebagai peserta Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) yang disubsidi pemerintah. “Belum ada bantuan dari pemerintah dan belum ikut asuransi juga,” ujar dia.

Advertisement

Petani lain di Maesan III, Sugiharjo pun hanya bisa pasrah karena padinya yang berusia 66 hari terendam air hujan. Tanaman padi mungkin masih mampu bertahan meski bulir padi tidak terisi penuh. Namun, dia juga bisa sama sekali tidak panen karena tanaman membusuk akibat terlalu lama terendam.

“Harapannya ada bantuan dari pemerintah. Selama ini kalau gagal panen ya ditanggung sendiri,” ucap Sugiharjo.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif