News
Minggu, 4 Desember 2016 - 16:40 WIB

Menyimak Perdebatan Soal Jumlah Peserta Aksi 2 Desember

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Foto aerial aksi super damai 212 di kawasan Bundaran Bank Indonesia, Jakarta, Jumat (2/12/2016). (JIBI/Solopos/Antara/Sigid Kurniawan)

Aksi Bela Islam III sudah digelar pekan lalu. Namun, muncul perdebatan soal jumlah peserta aksi 2 Desember lalu.

Solopos.com, SOLO — Pasca-aksi damai 2 Desember di Silang Monumen Nasional (Monas), muncul perbedaan pendapat soal berapa jumlah orang yang ikut berpartisipasi, khususnya di media sosial. Ada yang menyebut jutaan, namun di pihak lain ada yang menyebut ratusan ribu.

Advertisement

Dari data dari kalangan peserta aksi, termasuk yang beredar di media sosial, jumlah massa aksi damai mencapai 7.434.757 orang. Angka itu didapat dari seluruh peserta yang masuk dari berbagai kota, termasuk yang menggunakan bus, pesawat, kapal, maupun berjalan kaki.

Data yang beredar di media tersebut diberi perincian. Misalnya, ada 120 orang dari Aceh (2 bus), 100 dari Aceh Tamiang (naik kapal), 4.000 dari Aceh lainnya, 6 juta dari Adzikra, 6.300 Agam dan Bukittinggi, 2.500 Balikpapan (10 pesawat), dan seterusnya dari daerah lain, termasuk relawan kebersihan dan kesehatan. Jumlah peserta dari tiap daerah tersebut kemudian dijumlahkan sehingga mencapai lebih dari 7 juta orang.

Advertisement

Data yang beredar di media tersebut diberi perincian. Misalnya, ada 120 orang dari Aceh (2 bus), 100 dari Aceh Tamiang (naik kapal), 4.000 dari Aceh lainnya, 6 juta dari Adzikra, 6.300 Agam dan Bukittinggi, 2.500 Balikpapan (10 pesawat), dan seterusnya dari daerah lain, termasuk relawan kebersihan dan kesehatan. Jumlah peserta dari tiap daerah tersebut kemudian dijumlahkan sehingga mencapai lebih dari 7 juta orang.

Di pihak lain, ada pula yang mengestimasi jumlah peserta aksi. Salah satunya tulisan yang diterbitkan blog sp.mfkasim.com yang menampilkan estimasi jumlah massa. “Saya tertarik melakukan estimasi seberapa banyak orang yang berpartisipasi berdasarkan foto yang di internet dan geometri sederhana,” tulis sang pemilik blog, Jumat (2/12/2016) lalu.

Berdasarkan beberapa aspek, termasuk citra massa berpakaian putih dalam berbagai foto di sekitar Monas, dibuatlah penghitungan luas wilayah konsentrasi massa, mulai dari area Silang Monas hingga Jl. MH Thamrin, dan sebagian barat Jl Medan Merdeka Selatan. Lalu dia menambahkan sebagian lain Jl. Medan Merdeka Selatan, Kebon Sirih, dan Jl. MI Ridwan Rais, hingga Tugu Tani.

Advertisement

Di tengah perdebatan soal angka, sebagian netizen membagikan sebuah tulisan yang diterbitkan popularmechanics.com, 12 September 2011, berjudul The Curious Science of Counting a Crowd. Tulisan ini menunjukkan, perdebatan serupa bukan kali pertama terjadi dan tak hanya di Indonesia.

Tulisan Rob Goodier itu menceritakan apa yang terjadi pasca-aksi peringatan 22 tahun tragedi Tiananmen, Beijing, yang digelar di Hong Kong, 4 Juni 2011. Setelah aksi, muncul perdebatan soal berapa jumlah peserta aksi yang sebenarnya.

Berdasarkan sejumlah berita, tertulis bahwa massa diperkirakan sekitar 77.000 orang. Tapi versi lain menyebutkan aksi itu diikuti 150.000 atau hampir dua kali lipat jumlah versi pertama. Angka terakhir ini merupakan versi dari koordinator aksi.

Advertisement

Untuk mendapatkan angka yang benar, dua profesor yaitu Paul Yip dari University of Hong Kong dan Ray Watson dari Melbourne University, membuat penghitungan. Hasilnya, jika jumlah massa mencapai 150.000, berarti kepadatan di lokasi aksi mencapai 2,7 orang/feet2 (4 orang/m2). Angka itu dinilai terlalu padat.

Rob menilai, estimasi massa dalam jumlah besar sulit dilakukan. “Jika Anda menghitung jumlah jelly beans dalam teko tiga kali, Anda akan mendapatkan 3 angka yang berbeda. Jadi, bayangkan mencoba menghitung orang yang bergerak, ada yang membungkuk, ada yang memakai payung yang sama, ada yang datang terlambat dan ada yang keluar duluan,” tulisnya.

Tulisan ini juga mengutip penelitian yang dilakukan Herbert Jacobs, profesor jurnalistik di University of California, Berkeley, pada 1960-an. Dari jendela, Jacobs melihat para mahasiswa berkumpul di sebuah plaza dalam aksi protes atas perang Vietnam.

Advertisement

Kebetulan, di lapangan itu ada banyak kisi. Jacobs menghitung jumlah massa dengan mencari rata-rata jumlah orang tiap m2, lalu mengalikannya dengan luas total lapangan. Dia menurunkan rumus kepadatan per meter2 itu dengan kesimpulan. Massa dianggap “padat” jika kepadatannya 1 orang/4,5 feet2. Sedangkan penghitungan Yip-Watson 1 orang/2,5 feet2.

“Namun, ada kelemahan dalam penghitungan seperti ini. Pasalnya, kerumunan massa tidak seragam, ada yang berada di lapangan, ada pula yang tersebar di tempat lain.” Untuk mengatasi ini, ada metode estimasi yang lebih canggih.

Ada perusahaan desain digital dan imaging yang menerapkan formula itu untuk kepadatan yang beragam. Mereka menghitung jumlah massa dengan peta 3 dimensi dengan menggabungkan titik-titik padat dan sejumlah foto yang merekam event itu. Tujuannya untuk memprediksi bagaimana massa berkumpul, termasuk kecenderungan orang yang mencari tempat berlindung dari angin di musim dingin, atau titik-titik teduh di musim panas.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif