News
Minggu, 4 Desember 2016 - 14:30 WIB

Ada Atribut Parpol, Panitia Bantah Parade "Kita Indonesia" Bertendensi Politis

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Massa yang tergabung dalam Aliansi Kebhinekaan mengikuti parade Kita Indonesia di Bundaran HI, Jakarta, Minggu (4/12/2016). (JIBI/Solopos/Antara/Yudhi Mahatma)

Panitia Parade Kita Indonesia membantah tidak ada tendensi politis meskipun sebagian peserta membawa atribut parpol.

Solopos.com, JAKARTA — Parade bertajuk Kita Indonesia menyerukan kebhinekaan bangsa yang diikuti oleh ratusan peserta sepanjang Jl. MH Thamrin hingga Bundaran Hotel Indonesia (HI), Jakarta, Minggu (4/12/2016) pagi.

Advertisement

Sekretaris Panitia, Icky Nanzel, di lokasi car free day (CFD), Jakarta, Minggu, menjelaskan tujuan parade Kita Indonesia tersebut untuk mengawal rasa kebangsaan sebagai bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). “Bahwa kita beragam, kita Indonesia,” katanya.

Icky mengaku kegiatan tersebut tidak ada tendensi politis, meskipun diprakarsai oleh tiga partai politik, yaitu Partai Golkar, Partai Nasdem, dan Partai Persatuan Indonesia (PPP) di hari bebas kendaraan bermotor tersebut. “Ini hanya mengeluarkan rasa senang dan gembira, semua bercampur baur,” katanya.

Selain itu, dia juga menampik apabila kegiatan tersebut dikaitkan dengan Pilkada DKI Jakarta sehingga seluruh peserta dilarang membawa atribut pilkada. Namun sebagian peserta beratribut parpol, seperti pakaian dan bendera. “Tidak ada sama sekali [kaitan] dengan Pilkada DKI, kita tidak menyatakan dukungan ke arah siapa, kita menyatakan Indonesia,” katanya.

Advertisement

Icky mengatakan parade tersebut juga turut dihadiri dari perwakilan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia (PGI), Majelis Tinggi Keagamaan Konghuchu, Perwakilan Umat Budha Indonesia (Walubi), dan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI).

Parade tersebut diramaikan oleh panggung hiburan yang dipasang di sejumlah titik, salah satunya di depan Gedung Sarinah dan di Bundaraan HI sebagai panggung utama. Terdapat puluhan burung merpati yang akan dilepaskan sebagai simbol perdamaian.

Sejumlah peserta juga datang dari berbagai latar belakang dan etnis, seperti Etnis Tionghoa, Bali, Jawa dan sebagainya. Selain iring-iringan, sepanjang Jl. MH Thamrin hingga ke Bundaran HI juga diramaikan dengan pertunjukan Barongsai, Reog Ponorogo, Sisingaan, dan ditutup dengan penampilan band Slank.

Advertisement

Juru Bicara Dewan Pengurus Pusat Partai Golkar Nurul Arifin mengajak masyrakat untuk tidak mempolitisasi hal-hal yang dinilai tidak perlu, terutama terkait suku, ras, agama dan antargolongan (SARA). “Sudah, tidak perlu mempolitisasi hal yang tidak perlu, jangan dikaitkan dengan agama, kalau ada yang salah atau khilaf, hendaknya kita saling memaafkan,” kata Nurul di tengah-tengah kerumunan.

Namun, dia menampik pernyataan tersebut terkait dengan kasus dugaan penistaan agama oleh Gubenur DKI Jakarta nonaktif Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok yang direspons dengan aksi Doa Bersama pada 4 November dan 2 Desember lalu. “Tidak ada ke arah sana, saya hanya menegaskan Indonesia itu satu,” katanya.

Menurut dia, saat ini keberagaman dan kebhinekaan mulai terkotak-kotak, karena itu ia mengajak masyarakat kembali ke Ideologi Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. “Karena itu saya mengimbau sebagai Warga Indonesia, untuk damai, bersatu mendukung Pemerintahan Jokowi-JK hingga 2019,” katanya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif