Soloraya
Kamis, 1 Desember 2016 - 23:00 WIB

Kerugian Akibat Banjir Sragen Mencapai Rp3 Miliar

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Banjir di jalan Sragen-Gesi lumpuh, Selasa (29/11/2016). (M Khodiq Duhri/JIBI/Solopos)

Banjir Sragen menimbulkan kerugian materiil senilai Rp3 miliar.

Solopos.com, SRAGEN — Kerugian akibat bencana banjir yang melanda Sragen selama dua hari terakhir mencapai Rp2 miliar-Rp3 miliar. Kerugian tersebut berasal dari kerusakan tanaman padi dan palawija/hortikultura seluas 2.796 hektare yang terendam banjir di 11 kecamatan.

Advertisement

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) mencatat ada 1.226 rumah yang terendam di Kecamatan Masaran, Sragen, Sidoharjo, dan Sukodono. Data tersebut dihimpun BPBD dari laporan per kecamatan hingga Kamis (1/12)/2016.

Sekretaris Daerah (Sekda) Sragen Tatag Prabawanto saat dihubungi Solopos.com, Kamis malam, menyampaikan hasil evaluasi pascabanjir tersebut. Dia mengatakan kerugian Rp2 miliar-Rp3 miliar itu berasal dari sektor pertanian, sedangkan rumah warga dianggap tidak mengalami kerugian kendati 1.000-an rumah terendam di daerah terisolasi. Dia menjelaskan para petani sudah memasuki musim tanam I sehingga distribusi pupuk sudah tersalurkan semua.

“Kami akan bahas kebijakan untuk subsidi petani pada APBD 2017 bersama DPRD Sragen. Apakah perlu ada alokasi dana dari APBD untuk subsidi pupuk atau harus meminta tambahan kuota pupuk untuk Sragen. Alternatif itu akan dibahas bersama DPRD. Kami berkomitmen ada perhatian khusus kepada nasib petani yang terkena dampak banjir,” ujar Sekda yang juga Kepala BPBD Sragen.

Advertisement

Kerugian banjir paling parah, kata Sekda, berada di lima kecamatan langganan banjir, yakni Masaran, Plupuh, Tanon, Sidoharjo, dan Sragen. Kelima kecamatan itu berada di aliran Sungai Bengawan Solo.

Selain menghitung kerugian, Sekda juga menginstruksikan terus menyuplai bantuan air bersih dan logistik kepada warga yang terkena dampak banjir, terutama bagi 1.226 kepala keluarga (KK) yang berada di daerah terisolasi saat banjir, seperti di Sribit, Pandak, dan Tangkil.

“Suplai air bersih terus mengalir dari BPBD, Palang Merah Indonesia (PMI), dan Dinas Sosial (Dinsos). Bantuan logistik berupa jaminan hidup juga terus diberikan seperti mi instans dan air mineral. Suplai itu akan terus diberikan sambil melihat situasi. Kalau sudah normal ya berhenti,” ujarnya.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif